BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai penanganan teroris di Indonesia selama ini belum tepat. Kepolisian selama ini cenderung langsung menembak mati orang yang diduga teroris. Padahal, menurut Din, mereka seharusnya diperiksa terlebih dahulu.
"Tahu-tahu sudah sering korbannya tertembak mati sehingga tidak bisa kita tanya mengapa Anda demikian. Ini yang harus diperbaiki. Kita tetap menolak dan harus perangi terorisme, tapi perlu dengan cara tepat dan jitu," kata Din di sela-sela acara Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) 2015 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/6).
Ia berpendapat bahwa cara penanganan teroris selama ini cenderung melenggangkan aksi terorisme. Program deradikalisasi sedianya tidak dilakukan dengan cara-cara yang radikal.
"Nah, ini yang harus dievaluasi, dikoreksi. Alhamdulillah BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) dan timnya sudah bertemu dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia)" sambung Din.
Kepada BNPT dan Datasemen Khusus Antiteror 88, Din mengaku sudah berpesan agar pelaku terorisme ditangani dengan cara-cara khas Indonesia. Misalnya, dengan mencari tahu latar belakang pelaku dan motif mereka. Jika sudah mengetahui tujuan dan motif pelaku, Din yakin para pelaku bisa disadarkan melalui dialog dengan tokoh agama.
"Kami yakin kalau kita tahu siapa orangnya, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh Islam bisa berbicara dan mungkin mereka akan menyadari. Tapi yang terjadi kan kita tidak tahu," tutur Din.
Kendati demikian, Din bersyukur karena kondisi Indonesia sekarang relatif aman dari aksi terorisme. Pada dasarnya, kata Din, semua ajaran agama di Indonesia memandang bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama bukanlah sikap keagamaan. Aksi kekerasan justru bertentangan dengan ajaran agama.
Oleh karena itu, Din berharap agar masyarakat tidak langsung mengaitkan aksi terorisme dengan agama tertentu.
"Bagi saya, tindak kekerasan yang menggunakan nama agama, yang merusak, menghilangkan nyawa orang lain, itu adalah penyalahgunaan agama, adalah pembegalan nilai-nilai agama yang sesungguhnya sangat berorientasi pada kasih sayang dan perdamaian," ujar Din.
Kepolisian saat ini masih memburu kelompok teroris Santoso. Terakhir, dua orang yang dituduh sebagai teroris ditembak mati, yakni pria berinisial E dan A. (baca: Dua Jenazah Terduga Teroris Poso Akhirnya Diserahkan ke Keluarga)
Peristiwa baku tembak itu terjadi di Desa Maranda, Kecamatan Poso Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Minggu (24/5/2015) lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.