Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din Syamsuddin Kritik Polisi yang Kerap Tembak Mati Terduga Teroris

Kompas.com - 03/06/2015, 14:33 WIB
Icha Rastika

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com
- Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai penanganan teroris di Indonesia selama ini belum tepat. Kepolisian selama ini cenderung langsung menembak mati orang yang diduga teroris. Padahal, menurut Din, mereka seharusnya diperiksa terlebih dahulu.

"Tahu-tahu sudah sering korbannya tertembak mati sehingga tidak bisa kita tanya mengapa Anda demikian. Ini yang harus diperbaiki. Kita tetap menolak dan harus perangi terorisme, tapi perlu dengan cara tepat dan jitu," kata Din di sela-sela acara Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) 2015 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/6).

Ia berpendapat bahwa cara penanganan teroris selama ini cenderung melenggangkan aksi terorisme. Program deradikalisasi sedianya tidak dilakukan dengan cara-cara yang radikal.

"Nah, ini yang harus dievaluasi, dikoreksi. Alhamdulillah BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) dan timnya sudah bertemu dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia)" sambung Din.

Kepada BNPT dan Datasemen Khusus Antiteror 88, Din mengaku sudah berpesan agar pelaku terorisme ditangani dengan cara-cara khas Indonesia. Misalnya, dengan mencari tahu latar belakang pelaku dan motif mereka. Jika sudah mengetahui tujuan dan motif pelaku, Din yakin para pelaku bisa disadarkan melalui dialog dengan tokoh agama.

"Kami yakin kalau kita tahu siapa orangnya, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh Islam bisa berbicara dan mungkin mereka akan menyadari. Tapi yang terjadi kan kita tidak tahu," tutur Din.

Kendati demikian, Din bersyukur karena kondisi Indonesia sekarang relatif aman dari aksi terorisme. Pada dasarnya, kata Din, semua ajaran agama di Indonesia memandang bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama bukanlah sikap keagamaan. Aksi kekerasan justru bertentangan dengan ajaran agama.

Oleh karena itu, Din berharap agar masyarakat tidak langsung mengaitkan aksi terorisme dengan agama tertentu.

"Bagi saya, tindak kekerasan yang menggunakan nama agama, yang merusak, menghilangkan nyawa orang lain, itu adalah penyalahgunaan agama, adalah pembegalan nilai-nilai agama yang sesungguhnya sangat berorientasi pada kasih sayang dan perdamaian," ujar Din.

Kepolisian saat ini masih memburu kelompok teroris Santoso. Terakhir, dua orang yang dituduh sebagai teroris ditembak mati, yakni pria berinisial E dan A. (baca: Dua Jenazah Terduga Teroris Poso Akhirnya Diserahkan ke Keluarga)

Peristiwa baku tembak itu terjadi di Desa Maranda, Kecamatan Poso Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Minggu (24/5/2015) lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com