JAKARTA, KOMPAS.com - Teroris yang paling dicari, Santoso, hingga saat ini belum ditangkap. Polisi sudah berhasil menangkap, bahkan menembak mati anak buahnya. Lokasi keberadaan Santoso pun telah diperkirakan. Lantas, dengan kekuatan personel kepolisian yang ada, mengapa hingga saat ini Polisi sulit menangkap Santoso?
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Agus Rianto mengakui bahwa kepolisian kesulitan menangkap sosok Santoso yang disebut-sebut berada di wilayah hutan Sulawesi itu. Anak buah Santoso yang satu per satu ditangkap tidak dapat membawa Polisi menangkap Santoso.
"Doktrin-doktrin yang mereka miliki membuat sulit kita mendapatkan informasi akurat dari mereka yang kita tangkap. Sangat tertutup," ujar Agus di kompleks Mabes Polri pada Senin (25/5/2015) siang.
Bahkan, meskipun anak buah Santoso yang ditangkap tersebut bertugas sebagai pengantar logistik persenjataan hingga bahan makanan selama Santoso bertahan di tengah hutan, Polisi tidak juga dapat mengetahui keberadaan Santoso. Agus menduga orang yang bertugas untuk mengirimkan logistik persenjataan atau bahan makanan sehari-hari tidak hanya satu orang saja serta dibuat terstruktur.
Strategi tersebut memungkinkan jika salah seorang kurir kelompok tertangkap Polisi, tugas yang sama akan digantikan oleh kurir yang lainnya.
"Alasan lainnya mengapa kita sulit menangkap Santoso, medannya cukup sulit ditembus. Apalagi yang bersangkutan kan statusnya buron sehingga selalu berpindah-pindah titik persembunyian," ujar Agus.
Strategi kepolisian, lanjut Agus, adalah dengan memburu satu per satu anak buahnya hingga Santoso tidak lagi dapat berkutik. Jika sudah dalam kondisi demikian, Agus berharap yang bersangkutan menyerahkan diri ke kepolisian.
"Berdasarkan data Kapolri, di Poso itu ada dua kelompok terorisme. Dipimpin oleh Santoso dan Daeng Koro. Kekuatan mereka itu total tidak sampai 60 orang, hanya sekitar 50-an. Itu akan kita terus mengurangi kekuatan dia agar kalau bisa menyerah saja," ujar Agus.
Santoso adalah pemimpin kelompok teroris yang diduga kuat melakukan serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Nama kelompok Santoso adalah Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), bagian lain dari Mujahiddin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abubakar Ba'asyir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.