Akan tetapi, menurut Din, revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla belum diterapkan dengan baik.
"Sayang kalau hanya berhenti sampai pada gagasan. Ini memerlukan sebuah strategi komprehensif total dan revolusi mental. Ini jawabannya sebenarnya. Maka, saya termasuk yang sangat mendukung ketika Pak Jokowi waktu pilpres dulu mengagas itu walaupun dalam kenyataannya setelah sekian bulan ini kelihatannya kurang gereget untuk melaksanakan apa yang disebut dengan revolusi mental," kata Din di Istana Wakil Presiden Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Sedianya, gagasan revolusi mental dipandang pemerintah sebagai proyek besar yang bisa menciptakan ledakan dahsyat yang sistematis sehingga membawa perubahan. Pemerintah, lanjut Din, masih memiliki waktu untuk menerapkan gagasan tersebut.
"Nah, masih ada waktu buat pemerintah. Jangan kehilangan momentum, makanya itu perlu dipikirkan kembali. Itu jawaban sebagai masalah-masalah tadi," kata dia.
Saat ini, Din menilai, tuna-aksara moral tidak hanya melanda masyarakat lapisan bawah, tetapi juga kalangan terdidik. Jika dibiarkan, fenomena ini bisa meruntuhkan bangsa Indonesia. Sebagai pimpinan organisasi Islam di Indonesia, Din merasa prihatin atas maraknya prostitusi online. Yang muncul di pemberitaan dipandangnya sebagai puncak gunung es yang hanya terlihat di permukaan.
"Sangat memperihatinkan berita tentang prostitusi online, apalagi melibatkan kalangan atas, selebriti, politisi. Saya kira itu hanyalah bongkahan gunung es yang hanya kecil di permukaan, tetapi besar di dalamnya," kata Din.
Bisinis prostitusi seakan diminati oleh sebagian kalangan. Berbagai kasus prostitusi yang terbongkar memperlihatkan peminat prostitusi berasal dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas. Belum lama ini, kepolisian menangkap RA (32), seorang pria yang diduga berperan sebagai mucikari. Ia menawarkan jasa wanita penghibur dari kalangan artis dan model dengan tarif Rp 80 juta hingga Rp 200 juta. Dari praktik itu, RA mendapatkan keuntungan kurang lebih 30 persen dari tarif wanita yang disewa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.