Novel Sempat Mempertanyakan Penangkapan yang Dilakukan pada Tengah Malam

"Kenapa sih harus datang tengah malam? Bikin gempar orang saja. Siang pun dihubungi pasti saya layani," ujar Wisnubrata, Ketua RT 003, saat menirukan pernyataan Novel.

Menurut Wisnu, sekitar pukul 01.00, sejumlah pria yang mengaku dari penyidik Bareskrim Polri menunjukkan surat perintah penangkapan Novel. Para penyidik tersebut kemudian memintanya untuk mendampingi selama proses penangkapan.

Saat ditemui di rumahnya, Novel  meminta penyidik untuk memberikan penjelasan mengenai alasan penangkapan. Para penyidik kemudian memperlihatkan surat perintah penangkapan.

Ketika ditanyakan oleh Novel alasan penangkapan dilakukan pada tengah malam, menurut Wisnu, penyidik tidak menjawab. Mereka hanya menunjukkan surat perintah, dan meminta agar Novel dapat mengikuti arahan penyidik.

"Saya juga berpikir kenapa harus malam-malam. Kesannya kayak maling saja," kata Wisnu.

Novel ditangkap penyidik Badan Reserse Kriminal Polri di rumahnya, Jumat (1/5/2015) dini hari. Surat perintah penangkapan Novel dengan Nomor SP.Kap/19/IV/2015/Dittipidum memerintahkan untuk membawa Novel Baswedan ke kantor polisi.

Surat tersebut memerintahkan untuk segera dilakukan pemeriksaan karena diduga keras melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan atau seseorang pejabat yang dalam suatu perkara pidana menggunakan sarana paksaan, baik untuk memeras pengakuan maupun untuk mendapat keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 351 ayat (2) KUHP dan atau pasal 422 KUHP Jo Pasal 52 KUHP yang terjadi di Pantai Panjang Ujung Kota Bengkulu tanggal 18 Februari 2004 atas nama pelapor Yogi Hariyanto.

Surat tertanggal 24 April 2015 itu ditandatangani Direktur Tindak Pidana Umum selaku penyidik Brigadir Jenderal Herry Prastowo. Sedangkan yang menyerahkan surat adalah AKBP Agus Prasetoyono dengan diketahui oleh ketua RT 003 Wisnu B dan ditandatangai pada Jumat, 1 Mei 2015.

Kasus tersebut pernah mencuat saat terjadi konflik KPK vs Polri pada 2012 saat Novel menjadi penyidik korupsi pengadaan alat simulasi roda dua dan roda empat di Korps Lalu Lintas (Korlantas) tahun anggaran 2011 dengan tersangka Inspektur Jenderal Pol Djoko Susilo.

Pada 2004, ada anak buah Novel yang melakukan tindakan di luar hukum yang menyebabkan korban jiwa. Novel yang mengambil alih tanggung jawab anak buahnya dan ia pun sudah mendapat teguran keras.