Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Survei yang Sering Rilis Dipertanyakan Kredibilitasnya

Kompas.com - 30/04/2015, 17:27 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga survei memiliki peran penting dalam mewujudkan nilai-nilai demokarasi di Indonesia. Salah satunya yakni melalui survei yang mereka lakukan ketika pemilihan umum diselenggarakan.

Menurut mantan Direktur Lembaga Pendidikan, Penelitian dan Penerangan, Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Rustam Ibrahim, survei yang dilakukan sering kali menyuarakan keinginan publik terkait gambaran tokoh yang diidamkan untuk menjadi pemimpin.

"Secara ideal, survei politik adalah untuk mengembangkan demokrasi, menyuarakan suara masyarakat yang selama ini jarang atau justru tidak pernah disuarakan," kata Rustam saat diskusi bertajuk Survei Politik Bermutu Dalam Pilkada Serentak 2015 di Jakarta, Rabu (30/4/2015).

Meski memiliki peran penting, tak jarang ada lembaga survei yang 'bermain' untuk membentuk opini publik. Pada umumnya tindakan itu dilakukan oleh lembaga survei yang menjalankan survei pesanan.

Rustam menuturkan, salah satu problem yang dihadapi oleh lembaga survei yaitu besarnya anggaran yang harus dikeluarkan oleh lembaga tersebut untuk setiap kali survei. Hal itu juga diamini oleh Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya.

Ia mencontohkan, untuk setiap survei terhadap elektabilitas calon bupati atau walikota, setidaknya diperlukan biaya Rp 100-150 juta. Sedangkan, untuk survei elektabilitas calon gubernur, diperlukan biaya setidaknya Rp 200-250 juta untuk setiap kali survei.

"Sering terjadi perdebatan apakah lembaga survei itu bersih dari kepentingan atau tidak. Kalau dalam setahun saja misalnya ada lembaga survei yang bisa sampai 5-6 kali melakukan survei, itu perlu dipertanyakan sumber dananya," ujarnya.

Lebih jauh, ia mengatakan, survei juga memiliki peran strategis dalam menentukan 'mahar politik' seorang kandidat. Semakin tinggi elektabilitas seseorang, maka mahar yang harus dikeluarkan calon partai pengusung akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Ia menambahkan, strategisnya nilai hasil survei yang dilakukan tak jarang membuat lembaga survei memanipulasi data perhitungan yang ada.

Kondisi ini tentu akan membiaskan informasi yang sebenarnya dari survei itu sendiri. Sementara itu, anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Hamdi Muluk mengatakan, manipulasi hasil survei kerap kali dilakukan oleh lembaga survei yang juga merangkap sebagai tim sukses atau konsultan politik calon kepala daerah tertentu.

"Kalau yang sering kejadian, lembaga pemenangan sering kali merangkap pollster. Nanti informasi dibiaskan sesuai dengan keinginan kandidat dan itu dapat mempengaruhi pemilih," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com