Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beranikah Kapolri Terapkan Lelang Jabatan?

Kompas.com - 18/04/2015, 13:23 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perbaikan sistem promosi dan penempatan jabatan disebut-sebut menjadi indikator reformasi di institusi Polri. Meski didesak sana-sini, Polri bergeming dan tetap menjalankan sistem lama.

Padahal sistem promosi dan penempatan jabatan Polri saat ini disebut-sebut rentan dengan praktik suap. Seorang perwira Polri mesti merogoh kocek dalam-dalam terlebih dahulu untuk dapat duduk di jabatan yang diinginkan.

Setidaknya, ada dua efek negatif dari situasi demikian. Pertama, jabatan itu tidak diisi oleh sosok yang tidak berkompeten. Kedua, tindak dan laku perwira polisi saat duduk di jabatan itu pun hanya berorientasi ke arah bagaimana mengembalikan uang yang telah dikeluarkan.

Lelang jabatan terbuka
Pengamat politik Populi Center, Nico Harjanto, menyebut, mata rantai seperti itulah yang membuat kinerja menurun dan membuat Polri masuk ke lima besar lembaga negara terkorup selain DPR RI dan DPRD.

Imbasnya, publik tidak lagi percaya kepada polisi. "Nah, kepercayaan publik ke Polri akan cepat kembali asal Polri bisa segera memperbaiki, bahkan mengubah sistem promosi dan penempatan jabatan di institusi kepolisian," ujar Nico pada acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/4/2015).

"Ini bisa dilakukan dengan menerapkan lelang jabatan terbuka untuk posisi-posisi tertentu, misalnya kapolsek, kapolres, hingga kapolda, selain juga untuk badan-badan penting di kepolisian," lanjut Nico.

Nico mengatakan, kebijakan tersebut perlu dilakukan supaya jabatan-jabatan yang sangat berkaitan dengan pelayanan publik dan penegakan hukum benar-benar diisi oleh sosok yang tepat dan kredibel, bukan hanya didasarkan pada kekuatan uang.

Sayangnya, kebijakan yang disebut-sebut bisa membuat kepercayaan publik ke Polri itu tidak terlalu dijelaskan secara rinci dalam visi dan misi Badrodin saat uji kelaikan dan kepatutan di DPR RI, Jumat (17/4/2015).

Badrodin hanya menyebut akan memperbaiki sistem promosi dan jabatan. "Ini harus didesak dan didorong terus supaya masyarakat mendapatkan pimpinan polisi yang baik dan bukan hanya didasarkan pada hal-hal yang tidak jelas," ujar Nico.

Nico berpendapat, kebijakan lelang jabatan itu sangat mungkin dilakukan oleh kepala Polri yang baru. Sebab, Presiden Joko Widodo penah menerapkan kebijakan itu dan berhasil ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Sebelumnya, setelah tiga bulan kosong, kursi kepala Polri kini telah terisi. Nama usulan Presiden, yakni Badrodin Haiti, resmi dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo, Jumat pagi kemarin di Istana Negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com