Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PPP Ungkap Kronologi Perpecahan di Partainya

Kompas.com - 13/04/2015, 01:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan versi Muktamar Surabaya, Qoyum Abdul Jabar, mengaku bahwa konflik internal di partainya telah berlangsung lama. Menurut dia, itu semua merupakan dinamika yang berkembang di PPP.

"Saya katakan‎ akar permasalahan atau apa yang melatarbelakanginya. Konflik di PPP itu adalah persoalan sudah agak lama," ungkap Abdul dalam diskusi di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (13/4/2015).

Dinamika politik di PPP bermula pada Musyawarah Kerja Nasional di Lirboyo, Jawa Timur‎. Saat itu partai berlambang Kakbah tersebut akan memetakan dukungan pada Pemilihan Presiden 2014. ‎"Kita sudah mulai ingin petakan siapa yang akan kita dukung sebagai kandidat capres PPP," kata dia.

Muncul saat itu dukungan untuk Jusuf Kalla, meski PPP belum memutuskan dukungan resmi dalam Pilpres 2014. Tetapi, dalam mukernas terdapat gesekan karena keinginan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali maju dalam Pilpres 2014.‎

Belakangan muncul dinamika politik di PPP yang memunculkan tujuh nama eksternal, termasuk Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Gesekan kembali terjadi ketika peta politik mulai mengerucut menjadi dua nama, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo. PPP diharuskan memilih salah satunya. Lalu terjadilah peristiwa di mana Suryadharma dan Djan Faridz menghadiri kampanye Gerindra yang mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden.

‎"Ini gejolak luar biasa sehingga menghadirkan rapimnas, sebelumnya ada Mukernas III Bogor. Mukernas islah, tapi goresan-goresan ini tetap menimbulkan bekas," katanya.

Terakhir, kata Qoyum, status Suryadharma menjadi tersangka KPK. Hal itu menimbulkan keresahan di kalangan kader PPP. Lazimnya menjadi tersangka, maka orang tersebut harus secara ikhlas mundur demi nama baik dan kebesaran partai.

"Ini tidak terjadi sesuai rapat pimpinan nasional," ujarnya.

Hal tersebut melahirkan Muktamar Surabaya yang secara aklamasi memilih Romahurmuziy sebagai Ketua Umum PPP.

"Pada umktamar di Surabaya dihadiri oleh 72 persen. Sehingga secara de facto dan de jure, kita memenuhi," tuturnya. (Ferdinand Waskita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com