Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidakpastian Setelah Putusan Sarpin

Kompas.com - 31/03/2015, 15:00 WIB


Oleh: Khaerudin

JAKARTA, KOMPAS - Dampak dari putusan praperadilan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Sarpin Rizaldi, bahwa langkah Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka adalah tidak sah, telah terasa. Sebanyak tiga permohonan praperadilan dengan materi yang sama telah disidangkan.

Tiga permohonan praperadilan terkait penetapan tersangka ini disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto, PN Sumedang, dan PN Pontianak. Putusan hakim di ketiga pengadilan itu berbeda dengan putusan Sarpin terkait Budi Gunawan pada 16 Februari lalu. Mereka menyatakan, penetapan tersangka bukan obyek praperadilan.

Meski ketiga putusan praperadilan di PN Purwokerto, PN Sumedang, dan PN Pontianak berbeda dengan putusan Sarpin, gelombang praperadilan yang diajukan para tersangka sepertinya belum akan berakhir.

Kemarin, PN Jakarta Selatan mulai menyidangkan permohonan praperadilan yang diajukan tiga tersangka KPK, yaitu mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Poernomo, dan mantan anggota direksi Pertamina Suroso Atmo Martoyo. Namun, sidang ini ditunda karena kuasa hukum KPK tidak bisa menunjukkan surat kuasa atau surat tugas yang asli.

Inti dari permohonan praperadilan Suryadharma, Hadi, dan Suroso secara garis besar sama dengan Budi Gunawan, yaitu agar penetapan mereka sebagai tersangka dinyatakan tidak sah, seperti yang pernah diputuskan Sarpin. Padahal, sudah ada tiga hakim yang putusannya berbeda dengan Sarpin.

Jika kondisi ini dibiarkan, menurut Koordinator Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas Hukum Universitas Indonesia (MaPPI UI) Choky Ramadhan, bisa membuat ketidakpastian dan kekisruhan dalam hukum acara pidana.

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana mengatur asal legalitas yang memberikan kewenangan kepada aparat penegak hukum, termasuk hakim. Asas legalitas dalam Pasal 3 KUHAP mengatur bahwa peradilan dilakukan menurut cara yang diatur dalam UU ini (KUHAP). Dengan demikian, hakim seharusnya melaksanakan kewenangannya dalam memeriksa permohonan praperadilan sesuai dengan KUHAP.

Dalam Pasal 1 Angka 10, Pasal 77, dan Pasal 95 KUHAP diatur bahwa penetapan tersangka bukan merupakan obyek praperadilan.

Sementara itu, Mahkamah Agung melalui Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan menjelaskan, praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus sah atau tidaknya suatu penangkapan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan, dan sah atau tidaknya penyitaan barang bukti.

Namun, saat pembacaan putusan praperadilan yang diajukan Budi Gunawan, hakim Sarpin menyatakan penetapan tersangka merupakan obyek praperadilan. Ini didasari beberapa pertimbangan, antara lain penetapan tersangka merupakan bagian dari upaya paksa. Pertimbangan ini didasarkan bahwa setiap tindakan dalam proses penyidikan dan penuntutan merupakan upaya paksa karena menggunakan label "pro justitia".

"Padahal, secara historis dan filosofis, praperadilan dibentuk untuk membatasi upaya paksa. Upaya paksa merupakan tindakan paksa yang merampas kemerdekaan, kebebasan, atau membatasi hak asasi seseorang, seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan atau penyitaan," kata Choky.

Sikap MA

Mantan Ketua MA Harifin Tumpa menuturkan, kewenangan hakim praperadilan memang terbatas. Apabila memang hakim praperadilan boleh memutuskan sah dan tidaknya penetapan tersangka, UU KUHAP harus diubah. "Kalau saya menyatakan bahwa kewenangan hakim praperadilan itu terbatas, limitatif. Kalau mau diperluas, UU-nya diubah," katanya.

Di tengah berbagai penilaian tentang putusan Sarpin, yang pasti putusan itu telah menimbulkan gelombang permohonan praperadilan atas penetapan status tersangka. Tak hanya KPK, kini semua penegak hukum harus siap menghadapi kerepotan karena langkah mereka bisa digugat di praperadilan oleh orang atau pihak yang dijadikan tersangka.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com