Mereka menyuarakan hak-hak yang mereka anggap semestinya diberikan oleh perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja. Salah satunya, hak memperoleh kenyamanan atas orientasi seksual.
Ketua FBLP Jumisih mengatakan banyak perempuan buruh yang memiliki orientasi seksual berbeda mengalami tekanan di tempatnya bekerja. "Kami juga punya komunitas lesbian untuk buruh makanya kami bela," ujar Jumisih saat ditemui di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (8/3/2015).
Jumisih mengatakan, bentuk diskriminasi diterima perempuan buruh bahkan sejak sebelum bekerja di perusahaan tersebut. Misalnya, kata dia, calon pekerja menerima tekanan saat melakukan wawancara kerja dengan pihak perusahaan.
"Begitu melamar kan penampilannya seperti laki-laki. Waktu interview dibilang 'kamu borongan saja, tidak usah kontrak. Belum tentu juga di perusahaan lain diterima'," kata Jumisih.
Menurut Jumisih tekanan itu juga datang dari buruh lainnya. Perempuan yang berpenampilan seperti lelaki kerap diolok-olok semasa pekerja. "Mereka sering di-bully. Kadang tidak dianggap sebagai perempuan," kata Jumisih.
"Makanya kita ada organisasi yang mewadahi buruh lesbian supaya mereka merasa ada yang membela," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.