"Kami keberatan jika Tim Sembilan hanya dijadikan alat, mesin pencuci debu bagi Jokowi untuk menyelamatkan dia dari kasus Budi Gunawan," kata Haris usai bertemu sejumlah anggota Tim Independen atau Tim Sembilan, di Kantor Dewan Kehormatan Penyelengara Pemilu, di Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Tim Sembilan yang turut dalam pertemuan dengan para aktivis ini adalah Jimly Asshidiqie, Hikmahanto Juwana, Erry Ryana Hardjapamekas, Tumpak Hatorangan Panggabean, dan Bambang Widodo Umar. Ada pun, Haris datang bersama sejumlah pegiat antikorupsi lainnya, seperti aktivis Lingkar Madani Ray Rangkuti, aktibis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Bahrain, dan tokoh lintas agama Benny Susetyo.
Haris menilai, langkah Jokowi yang membatalkan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri, tidak serta merta menyelesaikan masalah. Kasus yang menjerat Pimpinan KPK, yang erat hubungannya dengan penetapan Budi sebagai tersangka oleh KPK, menurut Haris, masih terus berjalan.
"KPK saat ini masih dilemahkan, dikriminalisasikan, dan koruptor tertawa-tawa," kata Haris.
Ia juga menyesalkan keputusan Jokowi menunjuk Taufiqurachman Ruki sebagai Plt Ketua KPK. Keputusan yang diambil Ruki dengan melimpahkan kasus Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung serta mengaku kalah oleh putusan praperadilan Budi juga meresahkan.
"Kami resah dengan keputusan itu," ucap Haris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.