Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Labora Blakblakan soal Bisnisnya, Berawal dari Barter hingga Laporan Keuangan Manual

Kompas.com - 24/02/2015, 05:57 WIB

KOMPAS.com — Kepolisian telah menahan Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Labora Sitorus setelah menjemputnya secara paksa pada Jumat (20/2/2015) dini hari. Proses penjemputan paksa ini terbilang tidak mudah sebab sempat terjadi perlawanan dari para pendukung Labora.

Jaksa Agung HM Prasetyo sempat mengakui bahwa keberadaan masyarakat yang melindungi Labora Sitorus menjadi kendala tersendiri bagi kejaksaan untuk menjemput terpidana kasus pencucian uang, penimbunan minyak, dan pembalakan liar tersebut. Bahkan, Jaksa Agung menuding Labora memanfaatkan masyarakat di sana, yang juga karyawan di perusahaan yang didirikan Labora.

Namun, Labora membantah tudingan Jaksa Agung. Labora mengatakan, pembelaan masyarakat sekitar kepadanya bersifat sukarela.

"Tidak. Selidiki saja sendiri. Saya tidak pernah merasa seperti itu," kata Labora dalam wawancara dalam program Aiman di Kompas TV, Senin (23/2/2015) malam. "Tanyakan ke mereka seperti apa yang mereka alami. Saya tidak pernah menyuruh mereka seperti itu," lanjutnya.

Labora kemudian menceritakan, pembelaan itu memang dilakukan oleh karyawannya. Selama ini, Labora mengaku peduli dengan karyawannya, bahkan hingga menyediakan makan untuk anak dan istri karyawannya.

"Itu untuk memberikan rasa enak dan rasa bangga. Rasa bangga walaupun kita sederhana, tapi bisa bikin orang makan itu saya merasa bangga," ucapnya.

Apa ini tidak membuatnya bisnisnya merugi?

"Tidak. Pokoknya kalau ada pengeluaran untuk menyenangkan orang, keuntungan saya akan lebih tinggi," jawabnya.

Mulai bisnis dengan barter

Menurut pengakuannya, meski menjalani profesi sebagai polisi, Labora sempat meluangkan waktu untuk membangun bisnisnya. Saat mendapatkan lokasi dinas di Papua pada 1987, Labora memulai bisnisnya setahun kemudian. "Buka usaha kecil-kecilan dari 1988," ujarnya.

Kemudian, pada tahun 1989, bisnisnya mulai dilakukan dengan membina sejumlah keluarga. Saat itu, bisnisnya masih berupa menjual sayuran dan rempah-rempah. Dalam menjalankan bisnisnya, Labora mengaku mendatangi masyarakat di pedalaman, bahkan menggunakan sistem barter. 

"Saya mulai dari jual tomat, merica, gula, sayur-sayuran. Itu di tahun '89. Terus berkembang, persentase keuntungan lumayan. Kita harus mampu membeli apa yang dihasilkan masyarakat," ucap Labora.

"Supaya mampu untuk menjual sembilan bahan pokok sehingga kita barter. Sembako barter dengan teripang dan lainnya. Dari pedalaman, dibawa ke kota, jual di kota," kata dia.

Lalu, kapan bisnis pengolahan kayu mulai dilakukan? "Ini kayu baru 2010. Berkembang hingga dapat kasus seperti ini."

Tak mengerti komputer

Nama Labora Sitorus memang menyita perhatian publik saat Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mengungkap kepemilikan rekening gendut sebesar Rp 1,2 triliun. Namun, Labora berdalih selama ini keuangannya dari sumber yang jelas.

"Apa saya pernah ada transaksi tidak jelas di bank? Tidak," ujarnya.

Lalu, seperti apa Labora mengelola laporan keuangannya? 

"Laporan keuangan biasa saja. Saya tidak mengerti. Komputer pun tidak mengerti. Laporan keuangan ya manual saja," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KompasTV
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com