JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengingatkan para anggota Gerakan Pemuda Ansor memahami situasi strategis pertahanan nasional dan internasional. Moeldoko mengatakan bahwa pengetahuan mengenai situasi strategis tersebut diperlukan guna mengantisipasi faktor-faktor perusak pertahanan nasional.
"Sebagai seorang pemimpin, harus memahami situasi strategis. Kalau tidak, tingkat kewaspadaan akan berkurang, stabilitas nasional akan menjadi lemah," ujar Moeldoko dalam pertemuan dengan GP Ansor di Ruang Gatot Subroto, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (23/2/2015).
Moeldoko menjelaskan, secara langsung atau tidak, kondisi yang dialami negara-negara di dunia akan memengaruhi kondisi sosial, politik dan ekonomi global, termasuk di Indonesia. Tidak hanya di negara-negara Eropa dan Amerika, Moeldoko mengatakan, perkembangan ekonomi dan sistem pertahanan saat ini sedang terjadi di negara-negara asia, terutama Tiongkok. Ia mengingatkan bahwa hal tersebut juga perlu diwaspadai.
Menurut Moeldoko, saat ini terdapat kecenderungan perlombaan persenjataan antarnegara. Sebagian besar negara yang sedang mengembangkan sistem persenjataan beralasan bahwa hal tersebut sebagai upaya melindungi negara dari ancaman asing.
"Kita lihat, Australia saja sudah mengganti 12 kapal selam dalam waktu 10 tahun ke depan. Radar Australia bahkan bisa menjangkau hampir seluruh kawasan kita," kata Moeldoko.
Di dalam negeri sendiri, kata Moeldoko, Indonesia tengah menghadapi degradasi ideologi. Ia mengatakan, masih banyak kelompok maupun individu yang mempertanyakan ideologi Pancasila disertai berkembangnya paham fundamentalisme.
Moeldoko mengatakan, dalam situasi saat ini, TNI sebagai penjaga pertahanan dan kedaulatan negara diharuskan untuk tidak hanya menjaga stabilitas, tapi menjaga agar demokrasi tetap berjalan. "Kalau kita tidak kuat, bangsa Indonesia akan rapuh. Ini perlu jadi atensi. Paham fundamentalisme masih jadi ancaman potensial, belum menjadi ancaman aktual. Tapi kalau tidak dijaga, hal itu bisa menjadi ancaman aktual," kata Moeldoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.