Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relawan Jokowi Dukung Pergantian Tedjo Edhy jika Tak Pahami Nawacita

Kompas.com - 27/01/2015, 06:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jaringan Duta Joko Widodo, salah satu kelompok relawan dalam pemenangan Jokowi selama Pilpres 2014, menyayangkan berbagai pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno dalam menyikapi perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Polri. Beberapa hari lalu, Tedjo Edhy memang menjadi sorotan karena mengeluarkan pernyataan yang menyebut "dukungan orang-orang enggak jelas ke KPK". (Baca: Soal Pernyataan "Dukungan Rakyat Tak Jelas", Ini Penjelasan Menteri Tedjo)

"Sangat disayangkan pernyataan Menko Polhukam Tedjo Edhy sebagai pembantu Presiden yang justru tidak memahami semangat Nawacita," kata Koordinator Nasional Jaringan Duta Jokowi, Joanes Joko, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (26/1/2015).

Duta Jokowi pun terus mendukung Jokowi untuk melaksanakan program Nawacita yang dicanangkan dalam Pilpres 2014. "Nawacita lahir dari suara dan aspirasi rakyat. Rakyat yang ingin penegak hukumnya bersih, melayani, tidak korupsi, tidak merekayasa kasus, tidak sewenang-wenang untuk kepentingan kelompok dan golongan tertentu," kata Joko.

Ucapan Tedjo dianggap Duta Jokowi sebagai bukti ketidakpahamannya akan semangat Nawacita dan Trisakti. Karena itu, Jokowi pun didesak mempertimbangkan pergantian, baik itu di aparatur negara maupun menteri-menteri sebagai pembantu presiden.

"Untuk itu, kami mendukung Presiden untuk mempertimbangkan pergantian para aparatur negara dan pembantu-pembantu Presiden yang tidak memahami semangat Nawacita dan Trisakti," ucapnya.

Selain itu, Duta Jokowi pun meminta agar Presiden Jokowi tidak dipaksa untuk melakukan hal yang berdasarkan kepentingan partai dan golongan tertentu. (Baca: "Jangan Ganggu Jokowi demi Kepentingan Partai dan Golongan")

"Untuk itu, jangan ganggu Presiden. Beri kesempatan Presiden Joko Widodo memilih dan memutuskan sesuai aspirasi dan suara rakyat. Kami mendukung sikap Presiden Joko Widodo yang hanya taat pada konstitusi dan kehendak rakyat," ucapnya.

Menanggapi respons masyarakat atas pernyataannya, Tedjo mengungkapkan, pada pertemuan di Istana Bogor beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sudah memberikan arahan kepada Wakil Kepala Polri Komjen Badrodin Haiti dan Ketua KPK Abraham Samad agar menjernihkan suasana.

"Jangan ada gesekan Polri dan KPK, selesaikan semua masalah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, selamatkan KPK dan Polri. Kedua Pimpinan nyatakan akan patuh. Seharusnya tidak perlu lagi ada pengerahan massa yang mengatasnamakan rakyat. Rakyat yang mana, tidak jelas, karena ada juga yang menyatakan dukungan pada Polri," kata Tedjo dalam pernyataan pers yang diterima pada Minggu (25/1/2015).

Menurut Tedjo, semua pihak harus menjaga agar para pendukung kedua institusi ini tidak berbenturan. Kedua institusi penegak hukum ini, lanjut dia, harus bisa saling menghormati dalam hal prosedur hukum sesuai aturan yang berlaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com