JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan bercerita banyak soal hidupnya. Ketika masih bocah, dia jual telur ayam. Entah dari mana mulainya, ia lalu melompat ke cerita pindah dari sekolah agama ke sekolah umum. Cerita Bang Zul, sapaan Zulkifli, meraih nilai terbaik se-SMA pun tidak luput dari penuturannya.
Sekitar 20 wartawan mendengarkan serius cerita Bang Zul. Sesekali mereka tertawa. Meski hanya duduk melingkar di karpet ruang tengah rumah Bang Zul, suasana bincang-bincang santai begitu terasa. Dingin, lantaran hujan yang terjadi di luar rumah tak terasa di ruangan tersebut.
Zulkifli sengaja mengundang wartawan ke kediamannya, Kamis (22/1/2015) malam. Ia ingin bersilaturahmi sekaligus berbicara soal ide-ide barunya memajukan PAN, partai di mana dia akan maju sebagai calon ketua umum.
Pria 52 tahun ini mengawali bincang-bincang santainya dengan perkenalan singkat tentang dirinya dan keluarganya. Dimulai dari masa kecilnya yang dilahirkan dari keluarga petani, Zul juga menceritakan bagaimana jenjang pendidikan yang dienyamnya.
"Saya itu dulu diarahkan orang tua menjadi seperti Buya Hamka. Tapi saya menolak. Saya ingin merantau ke Jakarta," ujar Zulkifli.
Secara diam-diam, Zulkifli meninggalkan kampung halamannya di Lampung untuk merantau ke ibu kota seorang diri pada masa SMA. Zulkifli remaja membiayai hidupnya sehari-hari dengan menjadi tukang cuci taksi hingga berjualan minuman ringan. Usai lulus SMA, dia sempat terkatung-katung dengan bekerja sebagai penjual panci keliling.
Tak disangka, dari jualan panci itu kesuksesannya dimulai. Kelihaiannya menjual produk rumah tangga itu membuat ia dapat mengumpulkan modal dan memberanikan diri membuat pabrik panci.
Perjalanan politiknya pun terkesan lancar tanpa halangan. Menjadi anggota DPR RI, Menteri Kehutanan, hingga hari ini menjadi pimpinan lembaga tinggi Negara, MPR RI.
"Sekarang saya bukan lagi DPR RI dan menteri. Saya ingin partai saya, PAN, jadi lebih baik. Saya berniat mencalonkan diri menjadi ketua umum. Ini soal pengabdian kepada partai," ujar dia.
Langkah Bang Zul menuju kursi ketua umum periode 2015-2020 tidaklah mudah. Dia mesti mengalahkan incumbent, Hatta Rajasa. Zulkifli pun mengusung visi reformasi dan regenerasi partai sebagai pembeda. Reformasi, ujar Zulkifli, berasal dari dalam partai, struktur organisasi, kualitas legislator, ideologi yang berkembang dari jaman ke jaman. Reformasi tidak akan tercapai jika tidak ada regenerasi.
"Regenerasi adalah hal penting yang harus dibudayakan, apalagi tidak pernah dalam sejarah PAN ada ketua umum dua kali menjabat. Budaya ini haruslah dipertahankan sebagai ciri reformasi partai yang diusung sejak lama," ujar dia.
Bang Zul yakin, di tangannya PAN akan menjadi partai yang besar dan makin dicintai masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.