Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Identifikasi Jenazah Korban AirAsia

Kompas.com - 09/01/2015, 10:52 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com
 — Putut Cahyowidodo mesti berkonsentrasi tinggi. Tangan kanannya memegang pisau bedah, sementara tangan kiri memegang penyepit. Sebisa mungkin, ia tidak merusak jenazah yang tengah berada di meja identifikasinya.

Pisau dan alat penyepitnya menyasar tulang paha kanan. Pisaunya mengiris sedikit bagian tulang, penyepit kemudian menyambarnya, lalu memasukkannya ke gelas ekstraksi. Putut pun mendapatkan sampel deoxyribo nucleic acid (DNA) dari data postmortem.

Sampel itu kemudian disandingkan dengan gelas berisi ekstraksi sampel DNA antemortem dari keluarga sedarah. Dua sampel itu dikirim ke laboratorium DNA di Mabes Polri Jakarta untuk diteliti, seberapa besar tingkat keidentikannya.

"Dari situlah, nantinya dapat dikenali siapa jenazah itu," ujar Putut.

Demikian paparan Putut kepada Kompas.com di Kompleks Mapolda Jawa Timur pada Kamis (8/1/2015) kemarin, soal bagaimana mengidentifikasi jenazah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.

Putut adalah Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) Mabes Polri. Sejak tanggal 31 Desember 2014 lalu, pria berpangkat Komisaris Besar Polisi itu siaga di RS Bhayangkara untuk mengidentifikasi para korban yang ditemukan.

Putut tidak dapat memastikan berapa lama hasil pencocokan sampel DNA dapat diketahui. Hal itu sangat bergantung pada kelengkapan data antemortem dari keluarga sedarah dan seberapa bagus data postmortem dari jenazah yang ditemukan.

"Kalau data antemortem lengkap dan data postmortem bagus, identifikasi sangat mudah. Tapi, kalau salah satunya kurang, terutama data postmortem-nya, sulit sekali diidentifikasi," ujar dia.

Putut mengakui, semakin hari kondisi jasad korban jatuhnya pesawat AirAsia semakin tak baik. Hal itu memperlama proses identifikasi. Jika dalam kondisi jasad normal, pencocokan DNA butuh waktu tiga hari. Butuh waktu dua atau tiga kali lipat jika kondisi jasad tidak lagi baik.

Identifikasi lewat DNA juga menghadapi kendala lain. Garam laut mampu memecah dinding sel. Hal itu menyebabkan inti sel yang berisi DNA seseorang menyebar. Jika DNA satu jasad menempel di jasad yang lainnya, potensi mal-identifikasi sangat mungkin terjadi.

"Makanya, untuk saat ini, kami mengambil sampel DNA di tulang paha. Tapi, ini hanya saat ini loh, ya. Kita tidak mengetahui bagaimana jenazah yang datang di kemudian hari. Apa sampel DNA-nya di tulang paha masih bagus atau tidak," ujar dia.

Hingga Jumat pagi, sebanyak 41 jenazah telah ditangani tim di RS Bhayangkara. Dari jumlah itu, sebanyak 25 jenazah teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.

Tim di RS Bhayangkara akan mengadakan rapat terkait 14 jenazah pada Jumat ini. Adapun dua jenazah lainnya baru tiba di RS Bhayangkara pada Kamis malam. Dua jenazah itu baru akan diambil data postmortem-nya pada Jumat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com