"Sebaiknya TNI, Polri, Banser dan kelompok pecinta NKRI lainnya tidak usah terprovokasi dan serius menanggapi tantangan tersebut, sebab hanya akan menguras energi saja," kata Hery melalui siaran pers, Sabtu (27/12/2014).
Kendati ancaman itu dianggap meresahkan, Hery meminta pihak yang diancam mau pun masyarakat tidak melakukan tindak anarkis. Menurut dia, tantangan yang dilancarkan simpatisan ISIS itu berlebihan dan tidak ada relevansinya.
Meski demikian, kata Hery, aparat negara tetap diminta waspada dan menjadikan tantangan tersebut sebagai upaya yang lebih kuat untuk menjalin sinergi berbagai kelompok. "Saya yakin, hanya dengan kekuatan bersama dan kebersamaan seluruh warga dan aparat serta pemerintah, ancaman apa pun akan dapat dihadapi dengan baik. Kita punya Pancasila yang menyatukan kita semua," kata Hery.
Hery juga meminta masyarakat, khususnya umat Islam, agar tidak terprovokasi oleh ajakan jihad mendirikan khilafah Islamiyah yang dinilainya salah kaprah. Ia yakin, masyarakat kini semakin cerdas menyikapi berbagai persoalan yang muncul, termasuk paham-paham keagamaan yang menyimpang.
"Ketua Umum DMI, Pak Jusuf Kalla, sudah tegas menyatakan bahwa penegakan hukum Islam tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang salah dan kekerasan. Kekerasan bukan ajaran Islam," tutur Hery.
Sebelumnya beredar video di laman Youtube, yakni seorang pria dengan menggunakan bahasa Indonesia, mengancam Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Polri, dan Banser. Video yang diunggah oleh akun bernama Al-Faqir Ibnu Faqir pada 24 Desember 2014 tersebut berjudul "Ancaman wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser".
Video tersebut berdurasi 04:01 menit. Dalam video itu, pria berkumis dan berjanggut tersebut mengancam Panglima TNI, Polri, dan Banser, dengan mengatakan menunggu kedatangan TNI, Polri, dan Banser yang dikabarkan akan ikut memerangi ISIS.
"Apabila kalian tidak datang kepada kami, kami akan datang kepada kalian," kata pria tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.