JAKARTA, KOMPAS.com —Pengamat pasar uang, Farial Anwar, mengaku tak bisa memprediksi sampai kapan nilai tukar rupiah akan melemah. Menurut Farial, terlalu banyak ketidakpastian akan kondisi pasar uang saat ini. Ironisnya, mata uang rupiah terlalu bergantung pada situasi global.
"Sampai kapan rupiah ini melemah? Kalau saya, harus tanya kepada rumput yang bergoyang karena ketidakpastiannya sangat tinggi dan panjang. Sebenarnya, ironis karena nilai tukar kita sangat bergantung pada apa yang terjadi di luar," ujar Farial dalam diskusi yang dilakukan Smart FM di Jakarta, Sabtu (20/12/2014).
Pernyataan Farial ini terkait dengan rencana Bank Sentral AS, The Fed, menaikkan suku bunganya. Apabila suku bunga The Fed naik, Amerika Serikat akan menjadi pasar yang menggiurkan bagi para investor. Permintaan terhadap dollar pun akan semakin meningkat.
Farial mengaku waktu dan besaran kenaikan suku bunga The Fed akan sangat berpengaruh pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Apabila suku bunga naik, rupiah diprediksi kembali anjlok.
Maka dari itu, Farial mendesak perlunya revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa. Menurut dia, penanaman modal asing di Indonesia bersifat "hot money", lalu lintas keluar masuknya sangat tinggi. Di sisi lain, eksportir Tanah Air yang meraup keuntungan dari tingginya dollar justru tak memberikan manfaat bagi dalam negeri.
"Mereka (eksportir) lebih memilih memarkirkan uangnya di luar negeri sehingga tak membawa manfaat apa pun untuk di sini," ujar Farial.
Oleh karena itu, Farial berharap agar kedua masalah itu bisa dicarikan jalan keluarnya dengan melakukan revisi UU Lalu Lintas Devisa. "Undang-undang yang lama harus direvisi. Kalau kita pertahankan, akan jadi penyakit kronis," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.