"Memang banyak wilayah yang perlu dipasang alat tersebut, anggarannya yang belum ada," ujar Sutopo, di Jakarta, Senin (15/12/2014).
Menurut Sutopo, di Banjarnegara terdapat 20 kecamatan yang perlu dipasang alat peringatan dini bencana longsor. Dengan kebutuhan yang besar, kata Sutopo, dibutuhkan pula anggaran yang besar. Kebutuhan yang tidak sedikit tersebut, membuat anggaran yang diperlukan juga semakin besar. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada anggaran khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat mau pun daerah.
Meski tidak dapat menyebutkan berapa anggaran yang dibutuhkan, Sutopo mengatakan, alat peringatan dini tersebut akan menyampaikan tanda bahaya bagi masyarakat yang berada di daerah rawan longsor.
Kesadaran masyarakat
Penghambat lainnya, menurut Sutopo, pemahaman yang kurang dari masyarakat untuk turut menjaga kelangsungan fungsi alat peringatan diri. Sutopo mengungkapkan, beberapa alat yang sudah dipasang di beberapa kecamatan di Banjarnegara, kondisinya rusak karena tidak terawat. Bahkan, ada tiang LEWS yang sudah roboh dan ada pula yang digunakan sebagai tempat menjemur pakaian. Bahkan, warga menggunakan tiang LEWS sebagai tempat mengikat hewan ternak.
"Warga beralasan, alat tersebut cuma bikin deg-degan. Setiap ada bunyi sirine, warga jadi panik, ternyata tidak terjadi apa-apa. Akhirnya semua jadi enggak percaya," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan, meski sudah diberikan sosialisasi, warga tetap saja tidak peduli akan kegunaan alat tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.