Beberapa figur yang dipamerkan yaitu mantan anggota DPR Angelina Sondakh, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaq, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, dan Gayus Tambunan, si "Mafia Pajak".
Peneliti ICW, Abdullah Dahlan mengatakan, figur karikatur para koruptor dipamerkan untuk menggugah pengetahuan masyarakat mengenai sejumlah koruptor yang berhasil diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi.
Menurut dia, para koruptor yang selesai divonis jarang disorot lagi oleh publik sehingga eksistensi terpidana koruptor terkesan tenggelam. "Merefresh publik supaya tahu soal korupsi yang dilakukan mereka," ucapnya.
Ia mengatakan, pameran tersebut sekaligus memberi pesan ke publik bahwa pelaku korupsi dapat berasal dari kalangan mana saja. Misalnya, sebut Abdullah, Angelina Sondakh yang didapuk sebagai Puteri Indonesia tahun 2001 itu tersangkut korupsi setelah menjadi anggota DPR.
"Ini juga pesan ke publik dan anak-anak bahwa ini pelaku kejahatan korupsi. Agar kita diingatkan lagi ada hakim Mahkamah Konstitusi, ada anggota DPR, dan Puteri Indonesia," kata Abdullah.
Para pengunjung, mulai dari anak-anak usia sekolah dasar hingga orang dewasa pun memadati sudut tempat "para koruptor" dipamerkan. Beberapa dari mereka bahkan berfoto bersama figur karikatur itu. Di sisi figur tersebut, terdapat keterangan mengenai latar belakang koruptor beserta tindak korupsi yang dilakukannya.
Dengan demikian, Abdullah berharap pengetahuan masyarakat bertambah mengenai para koruptor di Indonesia dan menjadikannya pembelajaran.
Wasuno, seorang pengunjung yang tinggal di Cipinang, Jakarta Timur mengapresiasi langkah ICW yang memperkenalkan para koruptor ke masyarakat melalui pameran ini. Menurut dia, kasus-kasus korupsi tersebut dapat menjadi oembelajaran bagi masyarakat agar tidak mengikuti jejak mereka.
"Pameran ini jadi peringatan buat kita. Kalau korupsi bakal diekspos ke masyarakat," kata Wasuno.
Wasuno mengatakan, ia juga menanamkan pendidikan antikorupsi ke anak-anaknya sejak usia dini. Caranya, kata dia, bisa dengan cara sederhana dengan memberikan uang jajan seperlunya. "Pada saat ngasih uang jajan, dia harus mengatur uang yang ada," ujar Wasuno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.