Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guyonan Khas Jusuf Kalla yang Tidak Pernah Hilang

Kompas.com - 09/12/2014, 16:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla memang kerap melontarkan guyonan saat menyampaikan pidato atau keterangan pers dalam sebuah kegiatan resmi ataupun tak resmi.

Bagi wartawan yang sehari-hari meliput kegiatan Jusuf Kalla, guyonan Jusuf Kalla sering kali menjadi obat penghibur jika sudah suntuk melakukan tugas peliputan.

Tidak terkecuali saat menghadiri peluncuran buku Sisi Lain Istana: Andaikan Obama Ikut Pilpres Indonesia karya wartawan senior Kompas, J Osdar, di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Selasa (9/12/2014), yang antara lain dihadiri mantan Wakil Presiden RI, Boediono.

Saat Jusuf Kalla didaulat memberikan sambutan dan berdiri di panggung, jadilah Wakil Presiden (Wapres) memulai "stand up comedy".

Jusuf Kalla menyebut kualitas pendidikan di Indonesia masih lebih baik ketimbang di Amerika Serikat, dan hal tersebut pernah disampaikan dalam sebuah pertemuan dengan sekitar 500 pengusaha di Amerika.

Ia mengatakan, hal itu menjawab pertanyaan seorang pengusaha setempat yang khawatir untuk berinvestasi karena mempertanyakan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Buktinya, Obama yang tidak tamat SD di Jakarta malah bisa jadi presiden di Amerika sini. Itu menunjukkan betapa hebatnya pendidikan di Indonesia," kata Wapres yang disambut gelak tawa hadirin.

Sebaliknya, yang menjadi presiden di Indonesia tak ada yang pernah bersekolah di Amerika. Pakar aeronautika, Habibie, yang menjadi presiden menggantikan Soeharto, sekolah di Jerman, bukan di Amerika.

"Begitu pun Pak Boediono, menjadi wapres, sekolahnya di Australia, bukan Amerika," kata Kalla disambut tawa terpingkal-pingkal dari para hadirin.

Guyonan lain yang disampaikan Jusuf Kalla adalah mengenai posisi seorang wapres. Dia mengatakan, wapres adalah orang yang paling banyak dihormati di Indonesia mengingat dalam satu hari bisa dihormati oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres) selama lebih kurang 18 kali.

"Saat masuk rumah, keluar rumah, kita keluar rumah ada lagi (yang hormat), masuk ke Istana, keluar Istana, ke acara, keluar acara, ada lagi, sampai enam kali. Kita kembali ke kantor, ada lagi, total 18 kali dari rumah ke Istana," katanya yang juga disambut tawa hadirin.

Menurut Jusuf Kalla, penghormatan kepada dirinya lebih banyak dilakukan dibandingkan kepada seorang presiden mengingat presiden lebih jarang dihormati karena jarang keluar Istana.

"Kalau presiden, dia tidak pernah dihormati karena tinggal di Istana. Kalau wapres kan hampir setiap hari. Bahkan, Panglima TNI pun kalah banyak dihormati," ujar Jusuf Kalla, yang juga tak bisa menahan gelinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Nasional
Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Nasional
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Nasional
Profil Rita Widyasari: Eks Bupati Kukar, Ikuti Jejak Ayah Korupsi Hingga Puluhan Mobil Disita KPK

Profil Rita Widyasari: Eks Bupati Kukar, Ikuti Jejak Ayah Korupsi Hingga Puluhan Mobil Disita KPK

Nasional
KPK Belum Bisa Unggah LHKPN Caleg Terpilih, Ini Sebabnya

KPK Belum Bisa Unggah LHKPN Caleg Terpilih, Ini Sebabnya

Nasional
SYL Minta Jokowi Jadi Saksi Meringankan, Istana: Tidak Relevan

SYL Minta Jokowi Jadi Saksi Meringankan, Istana: Tidak Relevan

Nasional
Jemaah Haji Tanpa 'Smart Card' Tak Bisa Masuk Armuzna pada Puncak Haji

Jemaah Haji Tanpa "Smart Card" Tak Bisa Masuk Armuzna pada Puncak Haji

Nasional
Anggap Tapera Pemaksaan, Hanura Desak Pemerintah untuk Batalkan

Anggap Tapera Pemaksaan, Hanura Desak Pemerintah untuk Batalkan

Nasional
Jakarta Torehkan Deretan Prestasi Tingkat Nasional, Heru Budi Sukses Bangun Akuntabilitas, Integritas, dan Komitmen Cegah Korupsi

Jakarta Torehkan Deretan Prestasi Tingkat Nasional, Heru Budi Sukses Bangun Akuntabilitas, Integritas, dan Komitmen Cegah Korupsi

Nasional
 PHDI Akan Pelajari Lebih Detail Izin Ormas Keagamaan Kelola Tambang

PHDI Akan Pelajari Lebih Detail Izin Ormas Keagamaan Kelola Tambang

Nasional
Gagal ke Senayan, Hanura Desak Pemerintah-DPR Hapus Ambang Batas Parlemen

Gagal ke Senayan, Hanura Desak Pemerintah-DPR Hapus Ambang Batas Parlemen

Nasional
Oesman Sapta Oddang Kembali Jadi Ketum Hanura hingga 2029

Oesman Sapta Oddang Kembali Jadi Ketum Hanura hingga 2029

Nasional
Tolak Izin Kelola Tambang oleh Ormas Keagamaan, Romo Magnis: Kami Tak Dididik untuk Itu

Tolak Izin Kelola Tambang oleh Ormas Keagamaan, Romo Magnis: Kami Tak Dididik untuk Itu

Nasional
Soal Tapera, Romo Magnis: Kalau Baik Oke, tapi Dengarkan Suara-Suara Kritis

Soal Tapera, Romo Magnis: Kalau Baik Oke, tapi Dengarkan Suara-Suara Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com