JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi menganggap tidak perlu adanya Dewan Pengawas untuk mengawasi kinerja para pimpinan KPK. Ia pun meminta Robby Arya Bima, peserta seleksi calon pimpinan KPK, untuk tidak banyak berkomentar, termasuk soal pembentukan Dewan Pengawas karena proses seleksi masih berjalan.
"Fokus dulu, lulus atau tidak. Lulus dulu, baru nanti. Kan dia tidak tahu apa yang ada di KPK, apa yang dilakukan," ujar Johan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (4/12/2014).
Dalam uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK di Komisi III DPR, Robby mengaku akan membentuk Dewan Pengawas KPK jika dirinya terpilih menjadi Pimpinan KPK. Menurut dia, dewan tersebut akan menindak unsur korupsi yang dilakukan pimpinan KPK.
Menanggapi hal tersebut, Johan menuturkan bahwa ada kode etik yang menjerat anggota maupun pimpinan jika melanggar undang-undang. Lagipula, kata Johan, pembentukan Dewan Pengawas KPK tidak diatur dalam undang-undang sehingga harus mengubah isi undang-undang itu terlebih dahulu.
"Tapi dia mau buat apa saja, silakan. Tapi yang pertama ini, dia lulus apa enggak. Itu dulu," kata Johan.
Menurut Johan, pernyataan Robby mengenai kinerja KPK saat uji kelayakan dan kepatutan itu menunjukkan keraguan Robby terhadap upaya KPK mencegah korupsi. Johan menduga Robby tidak mengenal pasti kondisi di internal KPK sehingga menuding KPK malas melakukan pencegahan korupsi hingga meragukan solidaritas pimpinan KPK.
"Jangan-jangan karena ketidaktahuan dia. Jadi Robby jangan beranggapan seperti itu. Lulus tes, fokus, baru jadi pimpinan KPK dan melakukan apa yang ingin dia lakukan," ujar Johan.
Sebelumnya, Robby menuding saat ini KPK bekerja cenderung liar. Dia mencontohkan mengenai kabar yang menyebutkan bahwa Ketua KPK Abraham Samad menggebrak meja dalam rapat bersama pimpinan KPK lainnya pada tahun 2012 silam. Oleh karena itu, Dewan Pengawas itu akan segera dibentuk Robby jika dirinya dipercaya menjadi pimpinan KPK. Jika ide pembentukan Dewan pengawas itu nantinya gagal, Robby mengaku siap mundur dari jabatannya.
"Kalau saya gagal, saya akan merasa bersalah. Kalau ada yang desak saya mundur, saya akan mundur. Itu tidak ada masalah," kata Robby.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.