KOMPAS.com - SEUSAI pesta pora merayakan pelantikan presiden di sidang MPR Senin, 20 Oktober, para penguasa Istana Kepresidenan kini mulai menuai berbagai kecaman. Kecaman dimulai dari lambannya pengumuman kabinet, disusul pengumuman yang membuat banyak orang menyampaikan ”salam gigit jari” alias kecewa. Pada saat berkumandang ”salam gigit jari” muncul pula buku 100 Janji Jokowi-JK yang diterbitkan Tim Riset Institute for Policy Studies dan diberi pengantar oleh Fadli Zon.
Fadli Zon, sebagai Wakil Ketua DPR, datang ke Redaksi Kompas, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (4/11). Ia memberikan buku itu kepada pers. Dalam bukunya yang diluncurkan di Pasar Rebo itu, dituliskan janji pertama presiden ke-7 RI: ”Membesarkan Pertamina, Mengalahkan Petronas (perusahaan minyak Malaysia)” dan janji kedua adalah ”Memberantas Mafia Energi”.
Namun, kini, Istana menghadapi kecaman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 2.000. Penunjukan nama Jaksa Agung dari partai politik dan pelantikan Gubernur DKI Jakarta di Istana juga mendapat kecaman dan kritik di mana-mana.
Ketika kenaikan harga BBM diumumkan, segera artis Cornelia Agatha memasang di statusnya ”Salam 2000”. Salam jenaka ini segera berkumandang.
Ditanya tentang kenaikan harga BBM, mantan anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva Sundari, mengatakan, ”Guncanglah... tapi aku ini lagi umrah, golek tombo ati (cari obat hati).”
Sebelum menaikkan harga BBM, Presiden Joko Widodo menyatakan pemborosan penggunaan BBM harus diakhiri dan menyerukan siap melakukan hal yang tak populer. Dengan mengurangi subsidi BBM, Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat, popularitas Jokowi menurun.
Hampir bersamaan dengan kenaikan harga BBM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, di Banyuwangi, Jawa Timur, mengumumkan pembatasan untuk berpesta oleh para pejabat pemerintah guna memberi contoh hidup sederhana kepada masyarakat.
Pembatasan itu juga berlaku untuk presiden dan wakil presiden. Presiden ke-2 RI Soeharto dan presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah menyerukan hidup sederhana.
Apa pun alasannya, kenaikan harga BBM membuat merana rakyat karena harga kebutuhan sehari-hari melonjak tinggi. Mantan anggota DPR dari Fraksi Golkar, Nurul Arifin, pun mengeluh atas harga yang naik.
”Sayuran dan bahan pokok udah pada naik. Uang belanja di rumah udah tidak cukup. Si embak (pembantu rumah tangganya) bilang kepada saya, ’Kurang Non (panggilan Nurul di rumah), sekarang udah pada naik,” ujar Nurul yang sekarang jadi juru bicara Ketua DPR.
Kalau harga kebutuhan pokok naik, lalu apa yang tidak naik? ”Harga diri kelihatannya,” jawab Nurul sambil tertawa terbahak-bahak.
Ketika harga BBM naik, seorang pengurus PDI-P Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, yang tidak mau disebut namanya, langsung menolak rombongan acara panggung kesenian dari Jakarta yang akan pentas di Gombong. Alasannya, rakyat baru menderita, jangan diberi tontonan yang mengesankan pamer kemewahan. ”BBM baru naik, suasana jadi kurang enak, yo,” ujar tokoh tersebut.
Sekretaris Fraksi Golkar di DPR Bambang Soesatyo setuju acara-acara yang membutuhkan dana besar dan mempertontonkan kemewahan (apalagi yang didatangkan dari luar negeri) sebaiknya dibatasi dulu. Kenaikan harga BBM, lanjut Bambang, bisa membuat banyak orang menyampaikan ”salam lima jari rapat dan telentang”, artinya mengemis ke sana kemari.
Jadi, jangan sampai ada salam lima jari rapat telentang ya. (J Osdar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.