Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepercayaan Publik kepada Jokowi-JK Masih Terjaga

Kompas.com - 24/11/2014, 14:00 WIB


KOMPAS.com
 — Hanya berselang sebulan setelah dilantik, Presiden Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar. Meskipun langkah ini mengundang berbagai kritik, secara umum publik masih tetap menaruh kepercayaan terhadap langkah pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Media massa telah menyiarkan tarik ulur rencana kenaikan harga BBM sejak akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, hingga masa jabatan Yudhoyono berakhir, harga BBM tetap "bergeming". Presiden Yudhoyono tetap tidak mau menaikkan harga BBM. Kini, tak lama setelah dilantik, Presiden Jokowi mengumumkan kebijakan pengalihan subsidi di sektor konsumtif ke sektor produktif yang berdampak pada kenaikan harga BBM.

Hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu, yang secara khusus menggali opini publik tentang kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, menunjukkan penilaian positif. Secara umum, hampir dua pertiga responden (61,7 persen) setuju dengan keputusan Jokowi menaikkan harga BBM. Adapun 36,7 persen responden menyatakan tidak setuju.

Meski demikian, proporsi dukungan publik memang berbeda antara pemilih Jokowi dan pemilih Prabowo Subianto. Jika menilik pilihan saat Pemilu Presiden 2014 lalu, tampak proporsi responden pemilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang menolak kebijakan ini cukup besar. Berkebalikan dengan dukungan dari pemilih Jokowi, hanya 39,5 persen responden pemilih Prabowo yang menerima kebijakan kenaikan harga BBM. Jadi, hampir dua pertiga responden pemilih Prabowo menolak.

Dukungan terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi-Kalla ini berbeda dengan dukungan terhadap pemerintahan sebelumnya saat harga BBM dinaikkan. Pada jajak pendapat Februari 2005, misalnya, lebih dari separuh responden menolak subsidi harga BBM dikurangi. Saat itu, mereka menilai kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM memberatkan kehidupan masyarakat. Jajak pendapat Juni 2013 pun menunjukkan, lebih dari separuh responden tidak setuju dengan kebijakan pemerintahan Yudhoyono menaikkan harga BBM.

Akan tetapi, penolakan tersebut tidak diiringi dengan hilangnya kepercayaan terhadap pemerintahan Jokowi-Kalla. Hampir semua pemilih Jokowi-Kalla dan dua pertiga pemilih Prabowo-Hatta menyatakan tetap memercayai pemerintahan Jokowi-Kalla meski harga BBM dinaikkan. Adapun proporsi pemilih Prabowo yang kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pasca-kenaikan harga BBM sebesar 30,2 persen.

Hampir semua responden terus mengikuti berita tentang rencana pemerintah mengurangi subsidi harga BBM tersebut. Karena itu, pada saat hal itu dilaksanakan, mereka sudah relatif mengantisipasi. Menurut pengakuan enam dari setiap sepuluh responden, mereka tidak terkejut ketika kenaikan harga BBM akhirnya dilaksanakan.

Khawatir dampak

Di tengah apresiasi positif terhadap kebijakan kenaikan harga BBM, tetap muncul kekhawatiran responden terhadap dampak kenaikan harga BBM itu. Di tataran masyarakat, selain mengkhawatirkan kenaikan harga bahan pokok, responden juga mengkhawatirkan kenaikan harga BBM yang akan berdampak pada meningkatnya biaya transportasi, penambahan warga miskin, tindak kriminalitas, dan konflik sosial di masyarakat.

Di tataran individu atau keluarga, dua pertiga responden juga mengkhawatirkan melonjaknya pengeluaran keluarga akibat kenaikan harga barang dan konsumsi rumah tangga. Namun, sebagian besar publik menyatakan sudah menyadari harus melakukan berbagai strategi untuk menyiasati peningkatan pengeluaran keluarga.

Strategi yang dilakukan oleh lebih dari separuh responden adalah berhemat atau mengurangi pengeluaran. Strategi berhemat ditujukan pada kegiatan-kegiatan di luar kebutuhan pokok, seperti mengurangi konsumsi listrik, air, dan pulsa telepon (40 persen). Strategi lain adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mulai beralih ke transportasi umum (14 persen), di samping mengurangi konsumsi makanan (10 persen).

Selain berhemat, jajak pendapat ini juga merekam sikap publik yang mulai beralih dari BBM bersubsidi ke BBM nonsubsidi. Meskipun sebagian besar responden pengguna kendaraan pribadi masih tetap menggunakan bahan bakar yang sama dengan sebelumnya, ada kecenderungan responden mulai beralih menggunakan BBM nonsubsidi, seperti disuarakan sepertiga responden.

Mereka yang mengaku beralih ke bahan bakar nonsubsidi terutama dari kalangan berpendidikan tinggi. Selisih harga yang tidak terlalu besar antara BBM subsidi dan nonsubsidi (sekitar Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 4.000) merupakan alasan utama mereka memilih BBM nonsubsidi, di samping soal kualitas bahan bakar yang lebih baik.

Sektor produktif

Saat memberi pengantar sebelum mengumumkan kenaikan harga BBM, Jokowi menjelaskan alasan pemerintahannya menaikkan harga BBM, yakni untuk mengalihkan subsidi harga BBM dari sektor konsumtif ke sektor produktif. Selama ini, negara membutuhkan anggaran cukup besar untuk membangun infrastruktur, terutama pertanian dan kelautan. Namun, anggaran ini tidak tersedia karena beban yang cukup besar diberikan untuk subsidi harga BBM.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com