Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli Sarankan Premium Dihapus dan Diganti "BBM Rakyat"

Kompas.com - 19/11/2014, 09:17 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Ramli, mempertanyakan keputusan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Menurut dia, ada solusi lain yang bisa dilakukan, yaitu menghapus BBM jenis premium dan memproduksi "BBM Rakyat" yang kualitasnya jauh lebih rendah.

Rizal menilai, subsidi BBM tidak tepat sasaran karena masyarakat kelas menengah ke atas yang memiliki kendaraan roda empat masih menjadi konsumen BBM jenis premium. Kualitas premium yang cukup baik dengan harga terjangkau, menurut dia, membuat pengguna mobil mewah memilih untuk tetap menggunakannya.

"Premium terlalu bagus, kadar oktannya terlalu tinggi. Itu yang menyebabkan orang kaya, mobil bagus tetap mau pakai premium," ujar Rizal seusai membahas kenaikan harga BBM bersama pimpinan MPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/11/2014).

Rizal mengatakan, kadar oktan yang terdapat di premium saat ini adalah 88. Padahal, di Amerika, kata dia, BBM jenis biasa hanya mengandung oktan sebesar 86. Adapun BBM Rakyat yang diusulkannya bisa diturunkan oktannya menjadi 83.

"Orang kaya tidak berani lagi pakai BBM Rakyat karena mesin kendaraannya akan menggelitik, akan noking. Jadi BBM bersubsidi betul-betul tepat sasaran," ujarnya.

Pada saat bersamaan, kata Rizal, harga BBM untuk orang kaya, yakni Pertamax dan Pertamax Plus, bisa dinaikkan. Mereka yang mampu membeli mobil mewah, kata Rizal, harus menanggung risiko untuk membeli BBM dengan harga yang mahal.

"Maka kalau itu terjadi, subsidi Rp 230 triliun dihapus dan negara bisa untung Rp 130 triliun lagi," ujarnya.

Menurut Rizal, ia sudah mencoba untuk memberikan ide ini kepada pemerintahan Jokowi-JK sejak jauh-jauh hari. Namun, dia kecewa karena Jokowi-JK justru mengambil jalan pintas dengan menaikkan harga BBM bersubsidi yang akan menyengsarakan rakyat.

"Pertanyaan kami, kenapa pemerintah Jokowi tidak merespons alternatif-alternatif yang tetap melindungi rakyat? Yakni 86 juta orang yang naik sepeda motor, lalu tiga juta angkot, dua juta nelayan. Ini yang seharusnya Pak Jokowi lindungi," ujarnya.

Saat mengumumkan kenaikan harga BBM kemarin, Presiden Jokowi mengungkap alasannya mengeluarkan kebijakan yang tidak populer ini. Menurut Jokowi, negara membutuhkan anggaran untuk sektor produktif, seperti membangun infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Namun, anggarannya tidak tersedia karena dihamburkan untuk subsidi BBM yang terus menggelembung setiap tahun.

Sementara itu, bagi masyarakat miskin, pemerintah telah menyiapkan program perlindungan sosial dalam bentuk paket kartu yang sering disebut sebagai "kartu sakti". Paket itu berupa Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com