"Mulai dari bom Bali yang dulu, sampai sekarang, sampai dengan sekarang bom target-nya anggota Polri, dan targetnya pada simbol pemerintahan, koneksinya dengan ISIS. Itu kami laporkan semua, dan Indonesia cukup rawan terhadap pelaku-pelaku terorisme di Indonesia," kata Sutarman, seusai bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla.
Sutarman juga telah menyampaikan kepada Wapres langkah-langkah yang sudah dilakukan Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap pelaku terorisme, mau pun langkah deradikalisasi.
"Sehingga ini kita harapkan bisa jadi satu kebijakan ke depan untuk mengatasi masalah terorisme di Indonesia," sambung Sutarman.
Ia berpendapat, aksi terorisme berdampak luar biasa terhadap perekonomian suatu negara. Sutarman mencontohkan kasus bom Bali yang terjadi beberapa tahun lalu. Menurut Sutarman, pemulihan ekonomi akibat bom bali membutuhkan waktu tiga hingga lima tahun.
"Ini akan sangat berbahaya sehingga kita serius menangani masalah ini, dan kami melaporkan ke Pak Wapres," kata Sutarman.
Mengenai anggaran untuk penanganan kejahatan terorisme, kata Sutarman, Polri akan kembali mengajukan alokasi anggarannya kepada pemerintah. Menurut dia, anggaran ideal untuk penanganan terorisme bagi Kepolisian kurang lebih Rp 100 triliun. Namun, hingga kini, negara baru dapat mengalokasikan anggaran Rp 44 triliun per tahun.
"Anggaran kita yang real yang harus kita lakukan," kata Sutarman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.