"Jangan sampai karena (prinsip) itu, kita menjadi ragu atau takut ketika mengedepankan posisi kita yang kita tahu mungkin akan berseberangan dan bertentangan dengan negara lain," kata Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Rizal Sukma, Selasa (21/10/2014).
Dijumpai di kantornya di Jalan Tanah Abang III Jakarta Pusat, Rizal berpendapat bahwa pemerintah harus berkata tegas dan terus terang ketika keinginan Indonesia memang berlainan dengan negara mitranya. Namun, ujar dia, perbedaan itu nantinya bisa didiskusikan bersama untuk mendapatkan solusi terbaik.
"Jadi, kalau upaya kita menggunakan politik luar negeri demi kepentingan nasional ternyata terjadi perbedaan, terjadi ketidaksepakatan dengan negara lain, ya tidak apa-apa," ujar Rizal. Sebagai gambaran, Rizal memberikan contoh dari keanggotaan Indonesia dalam G-20, kelompok negara-negara yang dianggap sudah maju.
Negara-negara maju dalam G-20, kata Rizal, sekarang berbicara mengenai stabilitas keuangan. Adapun Indonesia, ujar dia, seharusnya belum bicara di tataran itu sebagai negara berkembang. Namun, dia melanjutkan, selama ini pemerintah tidak pernah merundingkan kondisi tersebut dengan negara-negara yang sama-sama tergabung dalam G-20.
"Jadi, slogan one thousand friends zero enemy enggak bisa dijalankan (karena) membuat orang ragu-ragu, tidak bisa konfrontasi ketika kepentingan nasional kita berbeda dengan negara lain," ulang Rizal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.