JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden, Boediono, pernah menolak sepatu baru yang diberikan ajudannya untuk mengganti sepatu pribadi miliknya yang kondisinya sudah jebol. Salah seorang ajudan Boediono saat masih menjabat sebagai wakil presiden menceritakan kisah yang dianggapnya mendalam tersebut.
"Waktu pertama kali baru dilantik sebagai wapres, saya menemani beliau jogging di belakang Hotel Borobudur. Kemudian ada suara aneh, klepek...klepek...klepek... Saya kira ada apa, ternyata begitu saya lihat, alas sepatu olahraga Beliau itu sudah lepas," kata salah satu ajudan Wakil Presiden, Kombes. Pol. Firly di kediaman pribadi Boediono di Jakarta, Senin (20/10/2014), seperti dikutip Antara.
Kemudian, lanjut Firly, ia mempersiapkan sepatu baru untuk Boediono agar bisa dipakai. Namun, Boediono tidak langsung menerimanya.
"Saat itu sudah enam putaran. Saya bilang, Pak mohon izin, sepatu baru sudah kami siapkan, apa Bapak berkenan untuk mengganti sepatu? Lalu, Beliau bilang, 'tidak perlu Pak Firly, satu putaran lagi baru diganti'," kata Firly.
Menurut Firly, Boediono benar mengganti sepatunya yang sudah jebol tersebut dengan sepatu yang disiapkan. Firly lalu membawa sepatu Boediono tersebut, memotretnya dan berencana membelikan sepatu serupa melalui sekretaris wakil presiden.
Namun, setelah kembali ke rumah, Firly mendapat telepon dari Boediono. Saat itu, Boediono mengatakan bahwa sepatunya yang jebol masih bisa dipakai, hanya perlu disol.
"Mohon maaf Pak Firly mengganggu, sepatu yang tadi pagi dipakai, itu masih bagus, tinggal disol saja di Pasar Rumput, masih bisa dipakai. Akhirnya sampai sekarang sepatu itu masih dipakai. Bahkan alasnya sudah tidak simetris, sudah miring," ujar Firly.
Menurut Firly, kisah tersebut mencerminkan kesederhanaan dan kesantunan Boediono dalam kesehariannya. Firly merasa selalu dihargai sebagai seorang ajudan.
Tidak hanya itu, Firly menambahkan bahwa saat memberikan tugas, Boediono tidak pernah menggunakan kalimat suruhan atau kasar. Boediono justru menggunakaan kata "maaf" atau "bisakah bapak" untuk meminta bantuan.
"Dia itu santun. Sebenarnya, sebagai wapres dia bisa memerintah apa saja, tapi dia tidak pernah menugaskan dengan nada menyuruh. Kalimat memerintah itu nggak pernah ada. Yang ada Beliau selalu bilang 'mohon maaf, lalu 'apakah bisa'," katanya.
"Misalnya, ketika malam hari beliau banyak pekerjaan dan tidak bisa tidur, beliau menelpon ke telepon khusus ajudan wapres dengan mengatakan, mohon maaf mengganggu, apa Pak Firly bisa ke atas (ruangan wapres). Itulah kesantunan Beliau," kata Firly.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.