Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepatu Jebol dan Permohonan Maaf Boediono

Kompas.com - 20/10/2014, 16:39 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden, Boediono, pernah menolak sepatu baru yang diberikan ajudannya untuk mengganti sepatu pribadi miliknya yang kondisinya sudah jebol. Salah seorang ajudan Boediono saat masih menjabat sebagai wakil presiden menceritakan kisah yang dianggapnya mendalam tersebut.

"Waktu pertama kali baru dilantik sebagai wapres, saya menemani beliau jogging di belakang Hotel Borobudur. Kemudian ada suara aneh, klepek...klepek...klepek... Saya kira ada apa, ternyata begitu saya lihat, alas sepatu olahraga Beliau itu sudah lepas," kata salah satu ajudan Wakil Presiden, Kombes. Pol. Firly di kediaman pribadi Boediono di Jakarta, Senin (20/10/2014), seperti dikutip Antara.

Kemudian, lanjut Firly, ia mempersiapkan sepatu baru untuk Boediono agar bisa dipakai. Namun, Boediono tidak langsung menerimanya.

"Saat itu sudah enam putaran. Saya bilang, Pak mohon izin, sepatu baru sudah kami siapkan, apa Bapak berkenan untuk mengganti sepatu? Lalu, Beliau bilang, 'tidak perlu Pak Firly, satu putaran lagi baru diganti'," kata Firly.

Menurut Firly, Boediono benar mengganti sepatunya yang sudah jebol tersebut dengan sepatu yang disiapkan. Firly lalu membawa sepatu Boediono tersebut, memotretnya dan berencana membelikan sepatu serupa melalui sekretaris wakil presiden.

Namun, setelah kembali ke rumah, Firly mendapat telepon dari Boediono. Saat itu, Boediono mengatakan bahwa sepatunya yang jebol masih bisa dipakai, hanya perlu disol.

"Mohon maaf Pak Firly mengganggu, sepatu yang tadi pagi dipakai, itu masih bagus, tinggal disol saja di Pasar Rumput, masih bisa dipakai. Akhirnya sampai sekarang sepatu itu masih dipakai. Bahkan alasnya sudah tidak simetris, sudah miring," ujar Firly.

Menurut Firly, kisah tersebut mencerminkan kesederhanaan dan kesantunan Boediono dalam kesehariannya. Firly merasa selalu dihargai sebagai seorang ajudan.

Tidak hanya itu, Firly menambahkan bahwa saat memberikan tugas, Boediono tidak pernah menggunakan kalimat suruhan atau kasar. Boediono justru menggunakaan kata "maaf" atau "bisakah bapak" untuk meminta bantuan.

"Dia itu santun. Sebenarnya, sebagai wapres dia bisa memerintah apa saja, tapi dia tidak pernah menugaskan dengan nada menyuruh. Kalimat memerintah itu nggak pernah ada. Yang ada Beliau selalu bilang 'mohon maaf, lalu 'apakah bisa'," katanya.

"Misalnya, ketika malam hari beliau banyak pekerjaan dan tidak bisa tidur, beliau menelpon ke telepon khusus ajudan wapres dengan mengatakan, mohon maaf mengganggu, apa Pak Firly bisa ke atas (ruangan wapres). Itulah kesantunan Beliau," kata Firly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com