Ridwan saat ini menjabat sebagai Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam. Pada 2010, Badan Kepegawaian Negara (BKN) memilihnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dengan kinerja luar biasa saat masih menjabat sebagai Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah, dan Mitigasi Bencana BPPT.
"Terkejut, enggak tahu siapa yang mengusulkan. Meski begitu, bagi saya, ini sebuah penghargaan karena ada yang melihat saya bekerja. Ini penghargaan juga untuk semua birokrat," kata Ridwan saat dijumpai di Jakarta Selatan, Sabtu (11/10/2014).
Secara pribadi, Ridwan memimpikan agar Indonesia dapat mengembangkan teknologi inovasi yang membawa nilai tambah pada produktivitas masyarakat. Hal inilah yang menjadi fokus utama seandainya ia dipilih oleh Jokowi-JK sebagai menteri yang membidangi teknologi dan inovasi.
Namun, dengan kondisi politik di parlemen yang tegang seperti saat ini, Ridwan merasa akan lebih baik jika seorang menteri mengedepankan program jangka pendek yang realisasinya dapat cepat terlihat. Sementara itu, program visioner lainnya dijalankan sebagai program jangka panjang.
"Karena perkembangannya demikian, lembaga eksekutif dan legislatif bakal sangat ketat ke depan," ujar Ridwan.
Salah satu program jangka pendek yang ia sebut dapat terealisasi dengan cepat adalah menggunakan teknologi di bidang maritim untuk menekan praktik pencurian ikan (illegal fishing).
Menurut Ridwan, pencurian ikan masih sering terjadi karena pengawasan tidak optimal, sementara masyarakat juga tidak dilibatkan. Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menuturkan, cara menekan pencurian ikan itu dapat dilakukan melalui kapal yang bertugas mengawasi wilayah maritim Indonesia. Ia merasa Indonesia memiliki teknologi yang cukup sehingga setiap kapal pengawas harus melaporkan posisinya dan diteruskan dengan ditampilkan melalui situs kementerian terkait.
"Kita punya teknologinya sejak 11 tahun lalu. Penerapannya saja yang harus ditingkatkan. Libatkan publik dengan cara menayangkannya secara online," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.