JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) yang menyimpan banyak kekayaan alam. Sayangnya, potensi kekayaan alam tersebut seringkali menjadi pemicu terjadinya ketegangan antara Indonesia dengan negara lain.
Hal itu diungkapkan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Marsekal Marsetio saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Menerjemahkan Gagasan Poros Maritim" di Universitas Nasional, Jakarta, Kamis (9/10/2014). Menurut dia, Indonesia tak jarang memiliki konflik dengan negara tetangganya.
“Indonesia memiliki kondisi geopolitik, geostrategi dan demografi yang cukup dan juga sumberdaya alam. Kenapa potensi konflik kita terletak pada masalah perbatasan, karena disana terletak SDA kita yang belum dikelola secara utuh,” ujarnya.
Marsetio mengatakan, untuk mengetahui persoalan maritim yang terjadi maka pemimpin Indonesia mendatang harus memahami secara detail peta Indonesia. Ia menekankan, pada persoalan tapal batas negara antara Indonesia dengan negara tetangganya.
Marsetio menjelaskan, dilihat secara geografis, Indonesia diapit oleh sepuluh negara, yaitu Malaysia, Timor-Timur, Singapura, Thailand, Papua Nugini, Australia, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Tiongkok. Setiap negara, memiliki persoalan berbeda dengan Indonesia terkait tapal batas. Namun, dari sepuluh negara yang bermasalah itu, baru dengan Singapura, Indonesia menyelesaikan persoalan tapal batasnya.
“Persoalan tapal batas yang sudah selesai baru dengan Singapura, itu saja baru bulan lalu,” kata dia.
Sementara itu, Marsetio mengaku senang, dengan konsep pembangunan berbasis maritim yang ingin diwujudkan presiden terpilih Joko Widodo. Menurut dia, jika Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka pemerintah perlu mendukung TNI agar memiliki alutsista yang lebih kuat.
“Untuk mengawal kebijakan maritim, kita harus punya TNI yang kuat. Kalau punya TNI yang kuat baru betul-betul bisa menjaga secara utuh kedaulatan negara ini. Sehingga tidak ada negara yang coba-coba mengganggu kedaulatan bangsa negara ini,” ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.