“Kami baca satu per satu pasal, ternyata tidak semuanya diakomodir. Jadi (dukungan) itu hanya di mulut saja. Lip service,” ujar Anggota Fraksi Demokrat, Benny K Harman, saat keluar dari ruang rapat paripurna.
Benny mengatakan partainya melihat peluang Demokrat untuk memajukan opsi ketiga sangat kecil. Pada akhirnya, Demokrat menilai hanya akan ada dua opsi dalam voting di rapat paripurna, yakni pilkada langsung dan tidak langsung. “Kami sudah hitung-hitung, pilkada langsung juga akan kalah,” kata Benny.
Seperti diketahui, Fraksi PDI-P, Fraksi PKB, dan Fraksi Partai Hanura berbalik arah mendukung kemauan Partai Demokrat memasukkan opsi ketiga untuk voting di sidang paripurna soal RUU Pilkada.
Opsi yang diajukan Partai Demokrat itu adalah pilkada langsung dengan 10 syarat perbaikan. Namun, tiba-tiba saja Fraksi Partai Demokrat malah memutuskan walkout. Mereka berdalih 10 syarat yang diajukan tidak seluruhnya diakomodir dalam draf RUU Pilkada.
Fraksi PDI-P langsung meluapkan kekecewaanya kepada Fraksi Partai Demokrat. Anggota Fraksi PDI-P Yasonna H Laoly bahkan menyebut partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu telah melakukan rekayasa politik.
Aksi walkout Demokrat dinilai sebagai suatu hal yang sudah disiapkan sejak awal. “Saya mendengar komitmen bapak SBY ingin menjaga demokrasi tapi apa yang kita lihat hari ini sungguh menyesakkan," kecam Yasonna.
Yasonna melanjutkan, "Setelah memberikan masukan dari Partai Demokrat untuk tetap mendukung kedaulatan rakyat, namun pada perdebatan berikutnya, skenario opsi ketiga ternyata hanya untuk membentuk opsini seolah dukung kedaulatan rakyat. Ini disengaja, kami curigai Demokrat lakukan rekayasa politik.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.