KOMPAS.com - SUWARMIN (40) tergopoh-gopoh mendekati petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum Grogol di Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang sedang melayani pengendara sepeda motor mengisi premium, Selasa (26/8) pagi. Dia menyodorkan dua botol air mineral kosong berukuran 600 mililiter dan berharap dapat membeli premium dengan botol plastik itu. Anaknya, Ardiansyah (6), mengikuti dari belakang.
Namun, Suwarmin tak mendapatkan premium seperti diinginkannya. Petugas SPBU tak bisa langsung melayani karena ratusan pengendara sepeda motor sudah mengantre untuk mendapatkan bahan bakar minyak.
”Saya terpaksa membeli bensin (premium) menggunakan botol air mineral karena tidak kuat lagi mendorong motor,” ujar warga Kelurahan Pesurungan Lor, Kota Tegal, tersebut. Suwarmin datang ke SPBU mengendarai sepeda motor roda tiga dengan muatan sekitar 2 kuintal besi rongsokan.
Premium di kendaraan itu tinggal sedikit dan diperkirakan tidak cukup untuk menempuh perjalanan hingga tempat tujuan, yaitu Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari SPBU. ”Sudah kehabisan, tidak bisa jalan lagi,” katanya.
Oleh karena itu, mau tidak mau Suwarmin harus ikut mengantre agar bisa mendapatkan BBM. Namun, karena tidak kuat lagi mendorong kendaraannya, dia terpaksa membeli dengan botol air mineral. Suwarmin memarkir sepeda motornya itu di pinggir jalan, di seberang SPBU.
Suwarmin terakhir kali mengisi premium tiga hari lalu, sebanyak 4 liter. Dia sudah berusaha mengisi premium sehari sebelumnya, tetapi selalu dihadang antrean panjang di setiap SPBU. Sejak Sabtu pekan lalu, masyarakat di Tegal dan sekitarnya mulai kesulitan mendapatkan BBM akibat pembatasan kuota BBM bersubsidi.
Antrean panjang selalu terjadi hampir di semua SPBU di wilayah Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. Antrean terjadi sepanjang hari selama persediaan BBM di SPBU tersebut masih tersedia.
Untuk membeli premium eceran pun, masyarakat kesulitan karena saat ini hampir tidak ada penjual premium eceran di Kota Tegal dan sekitarnya yang buka. Kepanikan karena ketiadaan BBM terasa dalam percakapan masyarakat sehari-hari, baik di antrean SPBU, di warung-warung, perkantoran, maupun di status media sosial. Mereka bingung dan bertanya-tanya atas kesulitan BBM yang terjadi saat ini.
Ganggu aktivitas
Sebagai pedagang barang rongsok, kesulitan mendapatkan BBM sangat mengganggu aktivitas Suwarmin. Dalam sepekan, biasanya dia mengirimkan barang bekas ke pengepul empat kali. Untuk setiap pengiriman, rata-rata dia mendapat keuntungan Rp 50.000 hingga Rp 100.000, tergantung dari jenis barang bekas yang dijual.
Dari penjualan besi rongsok, misalnya, dia mendapat keuntungan Rp 500 per kilogram sehingga keuntungan kotornya dari 2 kuintal besi yang dijual sebesar Rp 100.000. Jadi, dalam sepekan, keuntungan yang diperolehnya berkisar Rp 200.000 hingga Rp 400.000. Keuntungan tersebut belum dikurangi kebutuhan bahan bakar kendaraan, 1 liter hingga 1,5 liter per hari.
Dengan harus mengantre BBM, aktivitas Suwarmin terhambat. Untuk menggunakan BBM nonsubsidi, seperti pertamax, dia merasa berat karena harganya sekitar Rp 11.900 per liter. Apalagi pertamax pun ludes diserbu pembeli. SPBU Grogol pada pagi itu juga kehabisan pertamax.
Menurut pengelola SPBU Grogol, Purwo Wibowo, persediaan pertamax di SPBU-nya habis sejak Senin malam. Dia sudah memesan kembali 8 kiloliter, tetapi masih dalam pengiriman. ”Kemarin 4 kiloliter pertamax habis dalam dua hari. Padahal, biasanya dalam sebulan, penjualan pertamax sekitar 8 kiloliter,” ujarnya.
Masyarakat menyerbu pertamax karena pasokan premium terbatas. Sebelumnya, SPBU itu mendapatkan pasokan premium 16 kiloliter per hari dari Pertamina, tetapi saat ini hanya 8 kiloliter per hari. ”Kalau dulu bisa cukup untuk 24 jam, sekarang premium hanya cukup hingga pukul 15.00,” lanjutnya.
Bahkan, demi menjaga agar pasokan premium bisa dinikmati masyarakat banyak, dia membatasi pembelian premium. Untuk mobil pribadi, pembelian premium dibatasi Rp 100.000, sedangkan sepeda motor masih bisa sepenuh tangki kendaraan.