JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal mengaku akan bergerak cepat merespons pergerakan Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dino mengaku tak mau Indonesia kembali kecolongan seperti kasus bom Bali pada 2002 lalu.
Dino menjelaskan, saat itu (tahun 2002), pergerakan terorisme di Indonesia sebenarnya sudah mulai terlihat. Sayangnya, mulai dari pemerintah hingga elemen masyarakat tidak cepat tanggap untuk mencegahnya.
"Waktu itu terorisme masih barang baru, jadi ketika ada ancaman terorisme, kita belum begitu cepat meresponsnya. Begitu terjadi pada 2002, baru kita tanggap," kata Dino Patti Djalal dalam diskusi bertajuk "Indonesia Merespon Ancaman ISIS" di Jakarta, Senin (25/8/2014) malam.
Dino mengaku melihat hal serupa terhadap kemunculan ISIS di Indonesia. Menurut dia, banyak kalangan menganggap ISIS merupakan barang baru dan oleh karenanya tidak terlalu mendapatkan banyak perhatian.
"Kita sekarang belajar dari kasus bom Bali dulu. Jelas tegas, dan kompak Indonesia menolak ISIS," ujarnya.
Dino pun mengaku senang, respons tanggap pemerintah itu diikuti oleh elemen masyarakat. "Pemerintah Indonesia kompak dengan pemimpin agama, termasuk tokoh dan komponen masyarakat Islam lainnya. Serentak dukungannya untuk menolak ISIS," ucap Dino.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.