JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Siswono Yudhohusodo menyarankan musyawarah nasional (munas) Golkar tidak digelar pada tahun yang berakhiran angka 4 atau 9. Hal itu menyangkut agenda lima tahunan, yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden.
"Memang AD/ART Partai Golkar itu mengatur bahwa munas disesuaikan lima tahun sekali. Terakhir, tahun 2009, maka (munas selanjutnya) tahun 2014. Tetapi, pada munas terakhir, juga ada yang mengatur bahwa munas itu diundur (2015)," ujar Siswono di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2014).
Untuk itu, Siswono berpendapat, memang sebaiknya munas selanjutnya tidak digelar pada Oktober 2014 seperti yang diusulkan sebagian elite Golkar.
Siswono menjelaskan, setelah reformasi, jadwal pemilu bergeser ke tahun dengan akhiran angka 4 dan 9, yakni 2004, 2009, 2014, dan selanjutnya 2019. Golkar mesti berhadapan dengan pileg, pilpres, dan munas pada tahun yang sama sehingga dianggapnya itu akan menyulitkan. Sementara itu, partainya tidak mungkin mengubah waktu penyelenggaraan pemilu.
"Saya mengikuti Golkar ini sejak tahun 1978. Partai Golkar itu kongres lima tahun sekali dan jadwal kenegaraan itu lima tahun sekali. Yang bisa digeser adalah agenda partai. Jadi, Golkar itu janganlah ber-munas pada Oktober, tahun yang ekornya 4 dan 9, menyulitkan," kata Siswono.
Sebagian internal Golkar mendesak munas digelar paling lambat Oktober 2014 sesuai AD/ART partai yang menyatakan munas diadakan sekali dalam lima tahun. Desakan itu semakin kuat setelah KPU menetapkan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.
Mereka yang mendesak munas digelar tahun ini ingin melengserkan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar. Mereka mengkritik keputusan Aburizal yang mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pilpres. Harapannya, arah koalisi bisa berubah dengan pergantian pengurus partai.
Namun, elite Golkar lainnya menolak desakan itu. Mereka tetap berpegang pada rekomendasi Munas 2009, yakni munas selanjutnya akan dilaksanakan pada 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.