JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, disebut menyusun skenario agar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie bisa menjadi Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum. Nazaruddin menyusun rencana agar diadakan kongres luar biasa (KLB) Demokrat pada 2011 untuk menjatuhkan Anas dari posisinya sebagai ketua umum.
Hal ini diungkapkan mantan staf ahli Nazaruddin, Nuril Anwar, saat bersaksi dalam persidangan kasus dugaan korupsi Hambalang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (18/8/2014). Nuril menyampaikan pernyataan Nazaruddin kepadanya ketika Nazaruddin buron di Singapura pada Mei 2011.
"Intinya adalah memang puncak kemarahan dia (Nazaruddin) sangat tinggi sekali ketika di Singapura. 'Kita akan buat skenario yang canggih bagaimana agar sahabat kita, yang dimaksud Pak MA (Marzuki Alie), jadi ketua umum," kata Nuril menuturkan perkataan Nazaruddin kepadanya.
Nuril pun dijanjikan Nazaruddin akan diberi posisi penting di Partai Demokrat jika membantu rencana mantan bosnya tersebut. Ketika itu, dia diam saja mendengar perkataan Nazaruddin.
Selama Nazaruddin berada di Singapura, Nuril mengaku masih berkomunikasi intens dengannya. Namun, mereka tidak lagi berkomunikasi setelah Nazaruddin pindah ke Cartagena, Kolombia. Menurut Nuril, Nazaruddin menginginkan adanya KLB karena dia menilai Anas tidak lagi sejalan dengannya.
"Dia sampaikan ke saya, 'Ril, Mas Anas sudah tidak commit, semua sudah tidak commit dengan saya, jadi perlu pemilihan ulang ketum baru, KLB istilahnya.' Saya (lalu) jawab, 'Kok bisa, kan baru kemarin kongres.' (Dijawab Nazaruddin) 'Oh, bisa saja, apa yang tidak bisa karena kekuasaan'," kata Nuril menirukan percakapannya dengan Nazaruddin.
Dia juga menyebut pembicaraan jarak jauh melalui Skype yang dilakukan Nazaruddin dalam pelariannya tiga tahun lalu tersebut sebagai bagian dari skenario untuk menjatuhkan Anas. Menurut Nuril, munculnya Nazaruddin melalui Skype tersebut sudah direncanakan dengan rapi. Ia mengatakan, Nazaruddin menggaji Iwan Piliang secara bulanan terkait video Skype tersebut.
"Itu rancangnya sudah lama bagaimana Skype dari luar negeri untuk melakukan serangan-serangan bertubi-tubi pada Mas Anas agar tumbang sebagai ketua umum. Itu memang skenario yang sangat luar biasa, targetnya itu memang untuk jatuh dari ketua umum," kata Nuril.
Dalam pelariannya, Nazaruddin berkomunikasi dengan Piliang melalui Skype. Video Skype keduanya disiarkan di sejumlah media. Dalam pembicaraan melalui Skype tersebut, Nazaruddin mengungkapkan berbagai hal yang dilakukan kubu Anas Urbaningrum dalam meraih kursi pimpinan di partai bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Nazaruddin pun membeberkan aliran dana kepada berbagai pihak demi terpilihnya Anas sebagai Ketua Umum. Ia bahkan mengatakan, semua data aliran dana tersebut tersimpan rapi di dalam flashdisk-nya.
Anas kini berstatus sebagai terdakwa kasus dugaan korupsi Hambalang. Menurut jaksa, mulanya Anas berkeinginan menjadi calon presiden RI sehingga berupaya mengumpulkan dana. Untuk mewujudkan keinginannya itu, Anas bergabung dengan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya dan mengumpulkan dana.
Dalam upaya mengumpulkan dana, menurut jaksa, Anas dan Nazar bergabung dalam perusahaan Permai Group. Dalam dakwaan, Anas disebut telah mengeluarkan dana senilai Rp 116, 525 miliar dan 5,261 juta dollar Amerika Serikat untuk keperluan pencalonannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat itu. Uang itu berasal dari penerimaan Anas terkait pengurusan proyek Hambalang di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), proyek di perguruan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dan proyek lain yang dibiayai APBN yang didapat dari Permai Group.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.