Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Tak Mau Jadi Presiden CNN, "Cuma Nengak-nengok"

Kompas.com - 15/08/2014, 07:45 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden terpilih periode 2014-2019 Joko Widodo ingin supaya keberadaan tim transisi Jokowi-Jusuf Kalla menjadi "tren" baru di dunia politik Indonesia. Ia tidak ingin, pada masa awal kepemimpinan baru, yang dikerjakan cuma "nengak-nengok".

"Model transisi seperti ini sangat bagus. Tidak hanya untuk pemerintah pusat, tetapi juga dalam pergantian gubernur, wali kota, atau bupati," kata Jokowi di kantor transisi, Jalan Situbondo 10, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/8/2014).

Mengapa demikian? Menurut Jokowi, pemimpin yang baru saja terpilih sering kali tak dapat langsung tancap gas melaksanakan program andalan. Sebab, dia tak diikutsertakan ke dalam pembahasan APBN atau APBD. Jokowi mengistilahkan kondisi kepemimpinan yang baru tersebut dengan istilah "CNN" atau "cuma nengak-nengok".

"Harus ada proses transisi sehingga yang baru ini bisa langsung kerja. Bukan hanya cuma nengak-nengok. Setahun bisa cuma nengak-nengok doang, itu kejadian loh," ujar dia.

Jokowi mengatakan, kondisi itu pernah dialaminya ketika masa pertama menjadi wali kota untuk Surakarta dan gubernur untuk DKI Jakarta. Dia terpaksa menjalankan rancangan program pemimpin sebelumnya sampai bisa memasukkan program andalannya di dalam pembahasan anggaran perubahan pada akhir tahun.

"Saya sudah alami di wali kota dan gubernur. Begitu masuk, tinggal terima program doang. Makanya tim transisi itu penting," tuturnya.

Untuk itulah mengapa Jokowi membentuk tim transisi. Tim itu dibentuknya untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan di bawah presiden dan wakil presiden. Misalnya, struktur kabinet dan lain-lain.

Selain itu, tim transisi juga melakukan komunikasi dengan pemerintah saat ini agar program prioritas bisa masuk ke dalam pembahasan APBN 2015. Namun, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Firmanzah mengatakan bahwa Jokowi-Jusuf Kalla tak bisa seenaknya memasukkan program prioritas ke dalam pembahasan APBN 2015. Sebab, pembahasan APBN 2015 telah disusun sejak Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga pada Januari-April 2014 lalu.

"Kalau mau dimasukkan sekarang, nanti akan mengulang proses dari awal," ujar mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut.

Menanggapi hal itu, Jokowi tetap berharap program prioritas masuk dalam pembahasan APBN 2015. Seusai sengketa pemilihan suara diputuskan Mahkamah Konstitusi, Jokowi akan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membicarakan peluang programnya masuk ke pembahasan APBN 2015. Selain itu, Jokowi menggunakan kekuatan fraksi partai politik pengusung Jokowi-JK untuk mengusahakan agar program prioritasnya masuk ke APBN 2015.

"Lewat pembahasan di DPR, nanti kita kejar," ucapnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com