JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Ronny Sompie mengatakan, tim gabungan Disaster Victim Investigation Polri dengan tim lainnya dari Malaysia, Ukraina, dan Belanda semula akan melakukan identifikasi korban jatuhnya pesawat Malaysia Airline MH17 di Ukraina, tempat jatuhnya pesawat tersebut. Namun, imbuh Ronny, atas alasan keamanan identifikasi dilakukan di Belanda.
"Ukraina nasih dalam wilayah kekuasaan pemberontak, daerah rawan. Jadi Ukraina tidak berani menjamin keamanan," ujar Ronny di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/8/2014).
Ronny menuturkan, pemerintah Ukraina mengirim jenazah ke Belanda karena dianggap lebih aman untuk melakukan identifikasi korban. Selain itu, imbuhnya, Belanda merupakan titik awal pesawat lepas landas.
Tim gabungan DVI melakukan proses identifikasi korban di instalasi militer Pusat Pendidikan Kesehatan Tentara Angkatan Darat di Kota Hilversum, Belanda selama 20 hari. Ronny mengatakan, keamanan lingkungan tersebut terjamin sehingga proses identifikasi korban dapat berjalan baik.
Ronny mengatakan, tim gabungan DVI membawa 703 sampel DNA keluarga korban ke laboratorium forensik di Belanda untuk dicocokkan dengan tubuh korban. Hingga kini, imbuhnya, tim DVI masih menunggu hasil tes DNA yang akan diketahui hasilnya beberapa hari ke depan.
"Sekarang masih menunggu 703 sampel DNA yang dikirim ke laboratorium, mulai dari tubuh utuh sampai tidak komplit," ujarnya.
Tim DVI Polri yang dipimpin oleh Komisaris Besar Antonius Castilani dan lima anggota lainnya berangkat menuju Belanda pada 22 Juli 2014 dan baru kembali ke Jakarta Rabu pagi. Tim DVI beserta tim lainnya dari berbagai negara bekerja sama dengan tim forensik setempat untuk melakukan post-mortem dengan menyelidiki dan mengidentifikasi ratusan jenazah dari ciri-ciri fisiknya.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh di Ukraina bagian timur pada 17 Juli 2014 dan menewaskan 298 penumpang serta awak pesawat. Dua belas orang di antaranya merupakan warga negara Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.