Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Gigih Bekerja dalam Diam

Kompas.com - 01/08/2014, 14:00 WIB

KOMPAS.com - Hingga menjelang tengah malam, Kamis (17/7/2014), para penyelidik dan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menangkap Bupati Karawang Ade Swara dan istrinya, Nurlatifah, hanya meminum air putih untuk membatalkan puasa. Operasi tangkap tangan yang mereka lakukan sejak siang hari tidak memungkinkan mereka melepaskan perhatian kepada buruannya.

Sudah sejak beberapa hari sebelumnya, KPK mendapatkan informasi akan ada penyerahan uang ke Bupati Karawang Ade Swara. Informasi terakhir yang masuk menyebutkan, uang tidak bisa diserahkan langsung kepada Ade karena pada Kamis itu dia melakukan safari Ramadhan.

Akhirnya, tugas menerima uang ini diserahkan langsung ke kerabat istrinya, Nurlatifah. Dia yang kemudian diserahi tugas bertemu perwakilan perusahaan PT Tatar Kertabumi di kantornya pada siang hari. Tim KPK yang sudah mendapatkan informasi bahwa kerabat Nurlatifah yang akan menerima uang, langsung menguntitnya hingga ke kantor PT Tatar Kertabumi.

Setelah kerabat dekat Nurlatifah ini menerima uang dari perwakilan PT Tatar Kertabumi, menggunakan mobil Nissan X-Trail, tim KPK mengikuti ke mana pun buruannya ini pergi. Awalnya, KPK sempat menyangka, begitu menerima uang, kerabatnya ini akan langsung menemui Nurlatifah yang saat itu menunggu di rumah dinas suaminya. Namun, rupanya dia masih berputar-putar keliling kota Karawang dengan mobilnya. KPK sempat kebingungan.

Tiba-tiba mobil yang ditumpangi kerabat dekat Nurlatifah ini masuk ke sebuah perumahan dan berhenti. Tak mau diketahui buruannya, tim KPK pun ikut berhenti menghadap mobil milik kerabat dekat Nurlatifah. Rupanya, kerabat Nurlatifah menghentikan mobilnya karena ingin menghitung uang yang telah diberikan perwakilan PT Tatar Kertabumi. Agak lama mobil berhenti karena jumlah uang yang dihitung ulang 424.000 dollar Amerika Serikat.

Selesai menghitung lembar-lembar dollar AS, dia beranjak pergi. Mobilnya kembali berputar-putar keliling kota Karawang, tidak langsung menuju rumah dinas bupati Karawang. Penyelidik dan penyidik KPK yang terus membuntuti sempat merasa langkah mereka telah diketahui. Di ujung telepon, mereka memberitahu tim KPK lain yang juga siaga dalam operasi tangkap tangan itu. ”Kebakaran, kebakaran,” teriak mereka menggunakan bahasa kode menginformasikan kemungkinan operasinya diketahui buruan.

KPK memutuskan mengganti tim yang menguntit. Kali ini tim yang baru menggunakan mobil yang berbeda, Toyota Avanza. Tim yang menumpang Nissan X-Trail sementara menghilang. Rupanya mobil yang ditumpangi kerabat Nurlatifah masuk ke sebuah pusat perbelanjaan. Tim KPK pun mengikuti dan parkir di sebelah mobilnya.

Di dalam pusat perbelanjaan, kerabat dekat Nurlatifah menuju tempat penukaran uang. Salah satu anggota tim yang menguntit masuk ke dalam tempat penukaran uang. Akan tetapi, dia terkejut ketika tak menemui kerabat Nurlatifah di dalam. Ternyata, kerabat Nutlatifah masuk ruangan khusus di dalam tempat penukaran uang. Hanya karyawan yang diperbolehkan masuk. Belakangan diketahui, kerabat dekat Nurlatifah ini mengenal pegawai penukaran uang dan hendak memastikan dollar AS yang diterimanya asli.

Begitu kerabat Nurlatifah keluar dari tempat penukaran uang, tim KPK langsung menangkapnya. Tim KPK langsung membawanya ke rumah dinas bupati untuk menjemput Nurlatifah. Saat itu waktu maghrib telah tiba, tetapi tim KPK tidak mau membuang waktu dan langsung ke rumah dinas bupati. Untuk membatalkan puasa, mereka hanya minum air putih.

Sesampai di rumah dinas, tim KPK langsung menemui Nurlatifah. Tahu yang mendatanginya tim KPK, Nurlatifah meminta waktu berganti baju. Agak lama dia dalam rumah. Begitu keluar dia sudah membawa koper. Petugas KPK sempat bertanya mengapa membawa koper. Dengan lirih dia menjawab, kalau KPK menangkap, setelah itu pasti langsung ditahan.

Malu di depan warga

KPK tak langsung membawa Nurlatifah ke Jakarta. Dia diminta memberitahu suaminya agar pulang ke rumah dinas. Nurlatifah menelepon, tetapi Ade tidak kunjung mengangkatnya. Tidak mau mengambil risiko, sebagian tim KPK menjemput Sekretaris Daerah Karawang Teddy Rusfendi Sutisna. Teddy pun diminta KPK menelepon Ade untuk menanyakan keberadaannya. Setelah tersambung, Teddy menyampaikan bahwa tengah ditunggu tim KPK di rumah dinas. Kepada Teddy, Ade minta tolong agar KPK tidak menangkap dirinya di tempat saat safari Ramadan. Ade malu ditangkap KPK di hadapan warganya.

Ade mengusulkan agar KPK menjemputnya di salah satu rest area Tol Cikampek. Namun, rupanya ada salah pengertian soal rest area untuk bertemu. KPK sempat khawatir Ade berbohong. Teddy yang ikut dibawa KPK sebagai jaminan disuruh menelepon lagi. Rupanya, Ade ada di rest area yang berbeda.

Hari sudah menjelang tengah malam. Tim KPK yang ingin buru-buru mengamankan Ade pun langsung menuju ke rest area di mana dia menunggu. Mereka tak sempat sekadar makan setelah seharian lebih berpuasa. Setelah mengamankan Ade dan membawanya ke Jakarta, Jumat dini hari tim KPK baru bisa dengan tenang makan. Tunai sudah satu tugas. Tugas lain tengah dikerjakan dalam diam. (KHAERUDIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com