Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Mengapa Pesawat Sipil #MH17 Tertembak Rudal Militer

Kompas.com - 18/07/2014, 14:28 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pesawat Boeing seri 777-200 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh di wilayah Kota Shaktar, timur Ukraina, Kamis (17/7/2014) waktu setempat.

Pesawat berpenumpang 298 orang ini ditembak dengan rudal darat-udara BUK yang diduga dikuasai milisi pro-Rusia. Apa sebab pesawat tersebut tidak dapat dikenali sebagai pesawat sipil oleh kelompok milisi?

Pengamat penerbangan Chappy Hakim menilai, hal itu terjadi karena rudal yang digunakan sebagai pertahanan udara itu tidak berada di tangan suatu pusat komando yang terintegrasi sebagaimana dimiliki umumnya oleh suatu negara dalam mempertahankan wilayah udaranya.

Padahal, lanjut Chappy, rudal BUK SA 6 yang dibuat tahun 1980-an oleh Uni Soviet (kala itu) termasuk kategori rudal darat-udara yang canggih.

"Tetapi kecanggihannya menjadi tidak canggih karena lepas dari sistem induknya dan dikuasi oleh kelompok separatis. Rudal itu menjadi terlepas sendiri. Dengan demikian, karena sistem komando yang tidak standar dan tidak terpadu, bisa terjadi seperti ini. Mereka tidak dapat membedakan ini pesawat apa," kata Chappy Hakim melalui sambungan telepon kepada Kompas.com, Jumat (18/7/2014).

Chappy meyakini bahwa rudal pertahanan udara itu tidak berinduk, baik ke Rusia maupun Ukraina, karena dua negara itu tentu memiliki sistem pertahanan udara yang terpadu.

Meski demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Udara ini mengatakan bahwa rudal BUK SA 6 ini hampir dimiliki negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, termasuk Ukraina sendiri.

"Ukraina bilang itu rudal Rusia yang dikuasai kelompok separatis. Namun, Rusia bilang itu rudal Ukraina. Jadi, tidak ada yang mengakui dan masih saling lempar," ujar Chappy.

Jika benar dilakukan oleh milisi, bagaimana mereka bisa mengoperasikan rudal canggih tersebut? Chappy mengatakan, hal itu bisa saja terjadi ketika Uni Soviet pecah dan ada pihak-pihak yang menguasai pengoperasiannya.

"Uni Soviet itu punya sistem pertahanan udara yang canggih. Setelah ada negara yang merdeka, itu tersebar. Jadi, kemungkinan ada orang yang menguasai teknologinya, dan orang profesional. Akan tetapi, dia cuma jago nembak, tidak jago mengenali," ujar Chappy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com