Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Siap Lakukan Uji Publik Hasil Hitung Cepat 12 Lembaga

Kompas.com - 15/07/2014, 13:29 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Puluhan ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia siap melakukan uji publik terhadap hasil hitung cepat pemilu presiden oleh 12 lembaga. Tindakan ini dilakukan karena adanya lembaga survei yang mengumumkan hasil berbeda.

Hasil hitung cepat delapan lembaga survei menunjukkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul dalam Pilpres 2014. Adapun hasil hitung cepat empat lembaga lainnya menunjukkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul.

"Kami, ilmuwan, peneliti, pekerja akademik di lembaga pemerintah dan non-pemerintah menyediakan waktu, tenaga, dan keahlian untuk melakukan uji publik terhadap hasil semua lembaga penyelenggara hitung cepat bersama dengan KPU, organisasi profesi, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dengan transparansi pelaksanaan hitung cepat," ujar akademisi dari Universitas Indonesia (UI), Sulistyowati Irianto, di UI Salemba, Jakarta, Selasa (15/7/2014).

Sulis mengatakan, secara ilmiah, lembaga survei hanya diperkenankan menggunakan ilmu pengetahuan statistika. Para ilmuwan ini pun merasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil analisis ilmiah dari lembaga survei.

Asep Saefuddin, pakar statistik dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan, proses hitung cepat harus menggunakan metodologi yang benar. Menurut dia, jika metodologi dilakukan dengan benar, maka hasil hitung cepat seharusnya tak akan jauh berbeda dengan hasil akhir di KPU.

"Uji kredibilitas kelembagaan mudah sekali, dilihat dari metodologi dan sebaran contoh," kata Asep.

Seruan

Sebanyak 69 ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu ini menyatakan seruan moral terhadap hasil hitung cepat Pilpres 9 Juli 2014. Pertama, seruan diberikan kepada para penyelenggara pemilu dan segenap perangkat pengawasan agar memastikan penghitungan suara rakyat dengan jujur, dilandasi kehendak kuat untuk semata mengutamakan keadilan bagi rakyat dan kepentingan bangsa.

Kedua, seruan kepada insititusi penegakan hukum, khususnya Polri, agar sungguh-sungguh menyelidiki kredibilitas, rekam jejak, dan menindak tegas lembaga survei, jika diduga kuat memalsukan data dan membohongi publik.

Menurut mereka, pemalsuan data dan pembohongan publik berdampak serius dan fatal bagi keutuhan masyarakat dan masa depan Indonesia. Di samping itu, Polri juga diharapkan memberikan perlindungan dan rasa aman kepada warga sipil yang berpartisipasi untuk membantu proses dan memantau penghitungan suara.

Ketiga, seruan kepada para pengelola lembaga survei terkait penghitungan cepat agar melakukan uji publik mengenai validitas data dengan mengklarifikasi metode dan sampel yang digunakan.

Keempat, seruan kepada masyarakat agar ikut serta mengawal penghitungan suara, mengawasi, dan memastikan agar penghitungan yang tengah berlangsung benar-benar dilakukan dengan metode yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kelima, seruan kepada elite politik agar menahan diri dan menenangkan penduduknya untuk tidak memprovokasi pihak lain yang berbeda pilihan secara politik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com