Oleh karena itu, daripada saling mengklaim, ia mengatakan, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla beserta timnya sebaiknya mengawal proses penghitungan suara dengan baik.
"Yang penting sekarang, zaman sudah terbuka. Semua mata bisa tertuju kepada proses ini, semuanya bisa mengawal. Asal timses cepat tersadar dari masalah menang dan kalah, lebih baik ikut mengawal proses penghitungan suara. Itu bisa minimalkan potensi kecurangan," kata Djayadi, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Menurut dia, kecurangan sangat mungkin terjadi dalam proses penghitungan suara karena tahapan yang sangat panjang, mulai dari tingkat TPS, kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, dan tingkat pusat.
"Kalau tidak dikawal dengan baik, kecurangan sangat mungkin terjadi," ujar Djayadi.
Pasca-pemungutan suara dan dipublikasikannya hasil hitung cepat, dua kubu peserta pemilu saling klaim kemenangan karena hitung cepat dari lembaga survei menunjukkan hasil yang berbeda.
Tujuh lembaga survei menempatkan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang, yakni Populi Center, Indikator Politik, Lingkaran Survei Indonesia, Litbang Kompas, Radio Republik Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Cyrus yang bekerjasama dengan Center for Strategic and International Studies.
Sementara itu, empat lembaga survei menyatakan Prabowo-Hatta menang, yakni Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.