Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capres Indonesia di Media Swedia

Kompas.com - 05/07/2014, 16:39 WIB

KOMPAS.com - Beberapa hari menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada 9 Juli 2014, beberapa media di Swedia mulai memberitakan kandidat yang bertarung. Mereka menyoroti latar belakang kedua calon presiden, termasuk mengulas soal kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan bayang-bayang Orde Baru.

Sveriges Radio dalam siaran hari Kamis (3/7/2014), seperti ditampilkan di situsnya, mengangkat judul "Val i Indonesien", atau "Pemilihan di Indonesia". Dalam reportase berdurasi 6 menit 11 detik itu, isinya sebagian besar menyoroti bayang-bayang Orde Baru dalam Pilpres 2014.

Surat kabar berbahasa Swedia, Expressen, dalam edisi online 27 Juni 2014 juga menurunkan berita Pilpres Indonesia berjudul, "Valet väcker minnen av ett mörkt förflutet" atau "Pemilihan Membangkitkan Ingatan Kelam Masa Lalu". Selain mengulas pelanggaran HAM yang diduga dilakukan calon presiden Prabowo Subianto—yang kemudian dibantah oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Fadli Zon—dalam berita itu juga ditulis kepiawaian strategi kampanye Prabowo yang menyasar anak-anak muda. Laporan itu juga memuji Joko Widodo (Jokowi) sebagai figur yang rendah hati dan memerangi korupsi.

Pandangan Swedia

Anders Uhlin, Guru Besar Departemen Ilmu Politik, Lunds Universitet, Swedia, menilai, Pilpres Indonesia 2014 kali ini merupakan persimpangan jalan antara konsolidasi demokrasi berorientasi masa depan atau orientasi masa lalu dan kembali ke rezim otoritarian. Menurut dia, warga Swedia yang peduli terhadap Indonesia lebih cenderung kepada figur Jokowi.

Guru Besar Emeritus Sejarah Asia Tenggara dan Indonesia, Lunds Universitet, Mason C Hoadley, menilai, dukungan masyarakat yang besar kepada Prabowo merupakan reaksi terhadap prospek negatif lapangan kerja dan karier. Ini wujud keputusasaan yang berujung pada ketertarikan pada kebijakan konservatif ketimbang tawaran perubahan yang ditawarkan oleh Jokowi.

Di Linköping, Swedia, Johan Ahlberg, Direktur Pemasaran Wilayah Asia Tenggara pada Kapsch TrafficCom, perusahaan Swedia yang terlibat dalam program jalan berbayar elektronik (electronic road pricing) di Jakarta, mengatakan, siapa pun yang menjadi presiden, pihaknya akan tetap berinvestasi di Indonesia. Namun, ia menilai, Jokowi lebih disukai investor.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Swedia DM Juniarta Sastrawan mengatakan, ”Siapa pun yang terpilih, saya yakin tidak akan ada arus investasi Swedia keluar dari Indonesia,” tuturnya. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com