"(Tanggal) 1 Muharam itu hari sakral. Sebab, hari itu merupakan momentum hijrah. Tapi, jangan hanya dimaknai simbolik (hijrah) dari Mekah menuju Madinah," kata Nusron, dalam keterangan yang diterima wartawan, Senin (30/6/2014).
Menurut Nusron, hijrah juga memiliki makna revolusi mental secara substansi, seperti hijrah dari pemerintahan yang korup ke pemerintahan yang bersih. Usulan yang disampaikan oleh para kiai dan santri itu, kata dia, bermakna menuju pemerintahan Indonesia yang memiliki akhlak yang lebih baik (akhlakul karimah).
Selain hari santri, ia mengatakan, banyak ide Jokowi yang sifatnya inspiratif, seperti hari inovasi nasional dan hari buruh. Menurut dia, ide tersebut sah-sah saja daripada sekadar menebar janji untuk memberi kursi kekuasaan atau menteri kepada para pendukungnya.
"Kalau gagasan itu dianggap sinting, berarti yang menganggap sinting berarti bahlul dan sontoloyo, dan tidak bisa memaknai hijrah dalam konteks santri di Indonesia," katanya.
Nusron menilai, ungkapan Fahri itu menunjukkan kecemburuannya karena ide itu justru muncul dari capres yang tak didukung partainya. Ia pun meminta politisi Partai Keadilan Sejahtera itu untuk menahan diri, terutama di bulan suci Ramadhan seperti ini.
"Tidak mengakui hari santri berarti sama saja tidak mengakui peranan santri dalam menciptakan character and national building bangsa Indonesia yang nasionalis, religius, dan akhlakul karimah. Itu semua adalah peranan santri dan kiai," katanya.
Sebelumnya, Fahri Hamzah melalui akun Twitternya, @fahrihamzah, Kamis (27/6/2014), menuliskan, "Jokowi janji 1 Muharam hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!". Pernyataannya ini dianggap menghina Jokowi dan telah dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.