"Seandainya Nusron menjadi korban ketidakadilan politik, masih bisa kembali ke keluarga sendiri yaitu PKB dan saya akan dukung Nusron kalau ternyata ikut tetangga lebih sengsara daripada di rumah besar NU sendiri," ujar Hasyim dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (26/6/2014).
Hasyim melihat langkah hukum yang diambil Nusron bersama dua rekannya adalah wajar. Pasalnya, pemecatan itu dinilai lebih terasa selera pimpinan daripada sebuah upaya penegakkan aturan.
"Mestinya Jusuf Kalla dan Luhut Panjaitan dipecat dulu, karena JK nyalon dan Luhut adalah tim sukses Jokowi-JK," kata Hasyim.
Mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) itu menuturkan, perolehan suara terbanyak yang didapat Nusron dalam pemilihan legislatif lalu dengan tota suara 243.000 suara dipastikan berasal dari kaum Nahdliyin. Jika Nusron dipecat, maka warga NU bisa saja mengalihkan dukungannya ke pihak lain.
"Anak muda seperti Nusron tidak selayaknya semangatnya dipatahkan oleh yang tua-tua," ujar Hasyim.
Seperti diberitakan, Partai Golkar memecat tiga kader mereka dari keanggotaan di partai dengan alasan tidak mematuhi keputusan partai untuk mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di pemilu presiden 9 Juli mendatang.
Ketiga kader itu yakni Ketua DPP Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita, Wakil Bendahara DPP Golkar Nusron Wahid, serta Poempida Hidayatulloh. Mereka adalah anggota DPR dari Partai Golkar yang memutuskan mendukung Jokowi-JK. Mereka juga sudah sepakat untuk menempuh langkah hukum atas pemecatan yang dinilai tidak sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.