Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Bocor Jadi "Menu" Makan Siang Prabowo dan Pimpinan KPK

Kompas.com - 25/06/2014, 19:18 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Pembahasan mengenai bocornya potensi penerimaan negara sampai juga ke meja makan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Obrolan mengenai hilangnya potensi penerimaan negara ini muncul dalam jamuan makan siang bersama antara pimpinan KPK dengan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Sekitar pukul 11.50 WIB, Prabowo dan Hatta selesai mengikuti proses verifikasi laporan harta kekayaan mereka di Gedung KPK. "Mereka masuk sekitar pukul 09.30 WIB, lalu makan siang pukul 11.50 WIB," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu (25/6/2014).

Keduanya lalu makan bersama di satu meja bundar dengan Ketua KPK Abraham Samad dan tiga Wakil Ketua KPK, yakni Bambang Widjojanto, Adnan Pandupraja, dan Zulkarnain. Hadir pula dalam acara makan siang tersebut anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta dan petinggi KPK lainnya.

Hidangan yang disajikan siang itu bisa disebut sederhana. Baik Prabowo-Hatta maupun pimpinan KPK menyantap nasi kotak yang berisi sepotong ayam, kerupuk, sayur, serta sebuah pisang. Perbincangan di meja makan pun berlangsung cair.

Entah bagaimana mulanya, Abraham mencoba meluruskan kepada Prabowo soal ucapannya mengenai potensi hilangnya pendapatan negara. Pernyataan Abraham ini pernah dikutip Prabowo saat dia tampil dalam acara debat calon presiden beberapa waktu lalu. Ketika itu, Prabowo menyebutkan ada kebocoran pendapatan negara sekitar Rp 7.200 triliun.

Dia mengaku mengutip angka Rp 7.200 triliun tersebut dari pernyataaan Abraham. Sementara menurut Abraham, dana Rp 7.200 triliun itu bukan kebocoran pendapatan negara, melainkan angka potensi pendapatan negara yang hilang karena penerapan sistem pengelolaan sumber daya alam pada saat ini.

Dalam acara makan bersama siang ini, Prabowo pun mengaku satu maksud dengan Abraham terkait angka Rp 7.200 triliun tersebut.

Selesai makan siang, Prabowo-Hatta sempat berfoto bersama dengan pimpinan KPK. Keduanya lalu keluar dari Gedung KPK untuk berbicara di hadapan para wartawan. Saat tampil di hadapan wartawan, Prabowo-Hatta tampak didampingi Abraham, Zulkarnain, dan Adnan Pandupraja.

Kepada wartawan, Prabowo mengatakan bahwa proses verifikasi laporan harta kekayaannya berjalan lancar.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Ketua KPK dengan semua komisionernya yang telah melakukan verifikasi dengan sangat lancar, sangat baik, sangat ramah, sangat teliti, dicek semuanya, ada koreksi, dan akhirnya juga dikasih makan siang," katanya.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu mengaku terkejut dengan langkah KPK yang telah mengirimkan tim untuk mengecek langsung kondisi rumahnya di Hambalang, Bogor. Dia lantas mengapresiasi kerja KPK.

"Jadi rupanya pekerjaan KPK lumayan," ucapnya.

Prabowo dan Hatta lalu berjanji akan memperkuat KPK dan lembaga penegak hukum lainnya jika mereka terpilih nanti. Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga mengakui ada bagian dari laporan harta kekayaannya yang dikoreksi KPK. Ada perbedaan nilai aset yang dilaporkan Prabowo Subianto dan wakilnya, Hatta Rajasa, dengan data yang dimiliki KPK.

"Tanah yang saya beli beberapa tahun lalu sekarang nilainya sudah naik," kata Prabowo.

Hatta menambahkan, koreksi yang dilakukan KPK terhadap laporan harta kekayaannya berkaitan dengan perbedaan nilai aset yang dilaporkan. Misalnya, kata Hatta, terkait dengan aset berupa benda seni perolehan 1999 yang nilainya kini sudah berubah.

"Koreksi lebih pada nilai yang sejak 1999 nilainya sama terus, seperti misalkan benda-benda seni, itu dikoreksi, bukan penambahan harta, tapi perubahan nilai," ujar Hatta.

Mengenai total nilai asetnya, Prabowo enggan mengungkapkan kepada publik. Keduanya mengatakan bahwa keseluruhan nilai aset masing-masing yang telah diverifikasi KPK ini akan diumumkan di Komisi Pemilihan Umum pada saatnya nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com