"MOU hanya perlu bagi pemimpin yang belum memahami Kadin, dan memiliki rekam jejak yang kurang baik di bidang perekonomian," kata Hasto melalui siaran pers, Sabtu (21/6/2014).
Hasto menganggap janji-janji Prabowo-Hatta yang retoris dan tak inovatif hanya bisa berjalan jika pasangan calon presiden nomor urut 1 ini menandatangani MOU yang telah disediakan. Hal berbeda, menurutnya berlaku untuk Jokowi-JK.
"Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang membuktikan kredibilitasnya. Satu kata dan perbuatan. JK pun adalah pembuat terobosan. Dengan demikian MOU justru hanya akan menjadi pembatas," kata Hasto.
Wakil Sekretaris Jendral PDIP itu menilai, janji-jani Jokowi-JK juga bisa dipegang meski tanpa MOU sekalipun. Bagi pemimpin, menurutnya ucapan dan janji adalah manifestasi yang penting bagi bangsa Indonesia ke depan.
Dalam acara dialog kandidat capres yang diselenggarakan kadin, Jumat malam, Prabowo-Hatta tanpa ragu menandatangani MOU yang sudah disiapkan dalam secarik kertas. Sementara Jokowi-JK tidak menandatangani MOU tersebut dan langsung meninggalkan lokasi seusai acara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.