Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kivlan: Karier Cemerlang Prabowo Bukan karena Menantu Soeharto

Kompas.com - 14/06/2014, 09:26 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Staf Kostrad, Mayjen (Purn) Kivlan Zen, menilai, mantan Danjen Kopassus Agum Gumelar terlalu membesar-besarkan kabar bahwa Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat tiga kali dalam satu setengah tahun. Dia mengatakan, Agum telah menista Prabowo dengan menyebarkan kabar yang tidak benar.

"Abangku (Agum Gumelar) katakan, dalam waktu satu setengah tahun, Prabowo naik pangkat tiga kali. Itu adalah membesar-besarkan," kata Kivlan saat jumpa pers di Rumah Polonia, Jakarta, Jumat (13/6/2014).

Menurut Kivlan, Prabowo memang memiliki prestasi luar biasa di antara para tentara reguler lainnya. Salah satunya adalah ketika dia menembak mati Nicolau Lobato, komandan gerilyawan Falintil, salah satu sayap organisasi Fretilin di Timor Timur pada 1978.

"Orang biasanya tujuh tahun naik pangkat jadi kapten, tetapi dia cuma butuh waktu empat tahun," katanya.

Pada tahun 1990, Kivlan, yang masuk ke urusan pangkat dan jabatan di Kostrad, menuturkan, Prabowo juga naik pangkat dari mayor ke letkol atas ajuan Jenderal (Purn) Wiranto yang saat itu menjabat sebagai asisten operasi daerah.

"Jadi, dua kali naik pangkat saja bedanya sudah 16 tahun, jadi Anda jangan insinuasi (tuduhan tersembunyi)," ucapnya.

Dengan demikian, Kivlan menegaskan bahwa kenaikan pangkat tiga kali dalam satu setengah tahun adalah sesuatu yang tidak benar. Dia pun menyanggah bahwa Prabowo diberhentikan secara hormat karena posisinya sebagai menantu dari Presiden RI sekaligus panglima tertinggi di ABRI, Soeharto.

"Pak Harto udah turun tanggal 21 Mei 1998 sebagai presiden, sedangkan Prabowo diberhentikan pada waktu itu sudah bulan Agustus (1998). Jadi, dia (Prabowo) ini rising star, punya prestasi baik, pengalaman luar biasa baik dan cemerlang, bukan karena mantu presiden," bantahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

Nasional
Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Nasional
Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com