Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2014, 22:45 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Menteri Pertanian Suswono menyayangkan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, yang menyebutkan adanya diskriminasi dalam tubuh kementerian tersebut. Ia menyebut adik calon presiden Prabowo Subianto itu ceroboh dalam memberikan pernyataan yang terekam dalam sebuah video dan diunggah ke YouTube.

Kini Suswono tengah mengumpulkan informasi soal adanya video tersebut. Dia berharap dapat pertemuan dengan Hashim untuk menanyakan sumber informasi yang didapat pengusaha minyak itu soal situasi di kementeriannya.

"Saya ingin tahu, apa benar dia berkata begitu? Dari mana sumbernya? Karena pernyataan tanpa klarifikasi dikeluarkan seorang tokoh yang kini dikenal rakyat, menurut saya Pak Hashim sangat ceroboh," kata Suswono.

Pernyataan Suswono itu terkait sebuah video di situs YouTube yang menampilkan Hashim dalam acara The United States-Indonesia (Usindo) Society Washington Special Open Forum Luncheon yang diadakan di Washington DC, Amerika Serikat, pada 17 Juli 2013.

Video tersebut memuat dua hal, pertama adalah pemecatan pegawai di Kementerian Pertanian yang dikuasai kader Partai Keadilan Sejahtera dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir. Kedua, berisi pernyataan Hashim yang menekankan bahwa Prabowo pro-Amerika.

Mengenai pemecatan pegawai Kementan, di video itu Hashim menyebut ada 73 pegawai, yang kemarin dikoreksinya menjadi 76 orang, yang dipecat karena beragama tertentu. Menurut Hashim, tindakan diskriminatif itu tidak bisa ditoleransi.

Tidak berdasarkan agama

Suswono menegaskan tidak pernah memecat atas nama agama. Saat video itu ramai dibicarakan ke publik, dia sudah memeriksa jumlah pegawai beragama Kristen di kementeriannya. Dari hasil penelusuran itu, Suswono mendapati bahwa jumlah pegawai Kementan beragama tersebut tidak pernah lebih dari 70 orang semenjak masa kepemimpinan Bungaran Saragih (2000-2004).

Suswono mencontohkan, banyak di antara pemeluk agama Kristen mendapatkan kedudukan di eselon II dan eselon III Kementan, seperti Direktur Pemasaran Internasional Mesah Tarigan, Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah Rahman Pinem, serta Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Sujarwanto.

"Di bawah Direktur Pemasaran Internasional, ada empat bagian lagi, salah satunya juga kristiani. Di eselon tiga lebih banyak lagi. Jadi itu sama sekali tidak benar apa yang disampaikan Pak Hashim, sangat disayangkan, tanpa diklarifikasi lebih dulu," katanya.

Mekanisme pemilihan dan pemecatan

Suswono juga menjelaskan tentang mekanisme promosi jabatan bagi para pejabat di lingkungan kementeriannya. Untuk pejabat eselon I, katanya, pemilihan langsung dilakukan oleh pejabat eselon II yang memberikan tiga nama kepada menteri. Tiga nama yang paling banyak didukung, nantinya akan diajukan ke Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai oleh Wakil Presiden Boediono.

Sementara untuk pemilihan pejabat eselon II, Suswono menjelaskan bahwa pejabat eselon I memberikan usulan kepada Sekretaris Jenderal. Menteri Pertanian kemudian yang akan memilih pejabat eselon II. Namun, mulai 2013, Suswono mengatakan Kementan menyiapkan format pemilihan baru untuk eselon II. "Kami sudah merancang sejak tahun lalu mekanisme lelang. Jadi tidak benar ada pengangkatan berdasarkan agama," ujarnya.

Sementara untuk pemecatan, Suswono mengakui banyak pegawai Kementan yang dipecat. Tetapi hal itu karena melihat kinerja buruk dari pegawai itu, misalnya kerap membolos kerja, bukan karena faktor agama. "Bahkan kalau mau dihitung, yang saya pecat itu orang Islam. Tapi ini kan wajar karena di Indonesia mayoritas muslim, di mana-mana juga pasti begitu," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

900 Petugas Haji Ikut Bimtek, Beda Pola dengan Tahun Lalu

900 Petugas Haji Ikut Bimtek, Beda Pola dengan Tahun Lalu

Nasional
Proses Sengketa Pemilu Berlangsung Jelang Lebaran, Pegawai MK Disumpah Tak Boleh Terima Apa Pun

Proses Sengketa Pemilu Berlangsung Jelang Lebaran, Pegawai MK Disumpah Tak Boleh Terima Apa Pun

Nasional
Budi Arie Mengaku Belum Dengar Keinginan Jokowi Ingin Masuk Golkar

Budi Arie Mengaku Belum Dengar Keinginan Jokowi Ingin Masuk Golkar

Nasional
PKB Ingin Hasil Pemilu 2024 Diumumkan Malam Ini

PKB Ingin Hasil Pemilu 2024 Diumumkan Malam Ini

Nasional
Hasto Bilang Suara Ganjar-Mahfud Mestinya 33 Persen, Ketum Projo: Halusinasi

Hasto Bilang Suara Ganjar-Mahfud Mestinya 33 Persen, Ketum Projo: Halusinasi

Nasional
KPK Duga Pelaku Korupsi di PT PLN Rekayasa Anggaran dan Pemenang Lelang

KPK Duga Pelaku Korupsi di PT PLN Rekayasa Anggaran dan Pemenang Lelang

Nasional
Prabowo-Gibran Menang di Jawa Barat, Raih 16,8 Juta Suara

Prabowo-Gibran Menang di Jawa Barat, Raih 16,8 Juta Suara

Nasional
KPK Usut Perkara Baru di PLN Unit Sumatera Bagian Selatan Terkait PLTU Bukit Asam

KPK Usut Perkara Baru di PLN Unit Sumatera Bagian Selatan Terkait PLTU Bukit Asam

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Data Aman meski Sirekap Terhubung Server Luar Negeri

Menko Polhukam Pastikan Data Aman meski Sirekap Terhubung Server Luar Negeri

Nasional
Soal Maksud Jokowi Panggil 2 Menteri PKB, Budi Arie: Kita Perlu Persatuan

Soal Maksud Jokowi Panggil 2 Menteri PKB, Budi Arie: Kita Perlu Persatuan

Nasional
MER-C Indonesia Kirim 11 Relawan Medis ke Gaza

MER-C Indonesia Kirim 11 Relawan Medis ke Gaza

Nasional
Projo Bilang Kaesang dan Erina Tak Maju Pilkada 2024

Projo Bilang Kaesang dan Erina Tak Maju Pilkada 2024

Nasional
Dapat Restu Jokowi, Sekretaris Pribadi Iriana Maju Pilwalkot Bogor 2024

Dapat Restu Jokowi, Sekretaris Pribadi Iriana Maju Pilwalkot Bogor 2024

Nasional
Rapat dengan DPR, Risma Dicecar soal Banjir Bansos Jelang Pencoblosan

Rapat dengan DPR, Risma Dicecar soal Banjir Bansos Jelang Pencoblosan

Nasional
Tiga Anak Mantan Presiden Raup Suara Besar di Pileg: Trah Soekarno, Soeharto, dan SBY

Tiga Anak Mantan Presiden Raup Suara Besar di Pileg: Trah Soekarno, Soeharto, dan SBY

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com