Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengesahan Rekapitulasi Suara Pemilu Menyisakan “Catatan”

Kompas.com - 09/05/2014, 15:07 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Proses rekapitulasi suara nasional Pemilihan Legislatif 2014 telah memasuki hari ketiga belas, Jumat (9/5/2014). Pengesahan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuai kritik dan sejumlah catatan. Ancaman gugatan juga dilayangkan.

Rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara calon DPR dan DPD Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 telah berlangsung sejak 26 April lalu. Satu pekan pertama, rapat berjalan dengan ritme yang sangat lambat. Dimulai tak tepat waktu, rehat lama, dan waktu lebih banyak digunakan untuk menampung keluh kesah yang disampaikan partai politik maupun DPD.

KPU juga terbuka dalam mendengar petuah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bukan hanya rekomendasi yang memang sifatnya mengikat, saran Bawaslu pun diakomodasi KPU. Hingga KPU mulai melakukan akselerasi pembahasan ketika memasuki ketujuh, baru 9 provinsi yang disahkan.

Kepanikan mulai terasa, sehari menjelang batas akhir pengesahan rekapitulasi, 5 Mei 2014. Masih tersisa 21 provinsi. Padahal, sesuai Peraturan KPU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Jadwal, Program, dan Tahapan Pileg 2014, rekapitulasi sudah harus berakhir pada Selasa (6/5/2014). Hal itu tak ayal membuat KPU mengubah peraturan tentang tahapan untuk ketujuh kalinya.

PKPU Nomor 22 Tahun 2014 mencantumkan, rekapitulasi suara nasional diperpanjang hingga Jumat (9/5/2014), hari ini. Dikejar tenggat, KPU pun pasang "gigi 4" dengan kecepatan maksimal. Bahkan parpol menilai, KPU asal menetapkan saja rekapitulasi suara.

"Jangan karena kita dikejar waktu, jangan juga asal main 'tak tok tak tok' saja," ujar saksi Partai Bulan Bintang (PBB) Teddy Gusnaedi dalam rapat pembasahan suara dari provinsi Jawa Timur, Rabu (7/5/2014) lalu.

Saat itu, seusai pembacaan rekapitulasi suara, hanya dalam waktu sekitar 30 menit, KPU mengesahkan suara dari lima daerah pemilihan (dapil). Akan tetapi, rekapitulasi suara yang sudah disahkan bukan tidak meninggalkan cacat.

Contohnya, saat rekapitulasi suara Dapil Sumatera Utara II. Ketegangan rapat pembahasan suara di Kabupaten Nias Selatan kontraproduktif dengan tenggat waktu yang semakin mepet. Maka, Bawaslu akhirnya memberikan rekomendasi agar KPU dapat mengesahkan suara di Dapil Sumut II, tetapi dengan beberapa catatan yang harus didokumentasikan. Selain itu, Bawaslu juga memerintahkan KPU menonaktifkan KPU Kabupaten Nias Selatan.

Catatan-catatan dari parpol juga diberikan atas rekapitulasi suara di Dapil Jawa Barat (Jabar) II, Jabar X, dan Jabar IX. Partai bahkan mengancam akan menggugat hasil pemilu ke MK. Ketepatan waktu menjalankan tahapan yang dibuat sendiri memang salah satu indikator konsistensi dan profesionalitas KPU menyelenggarakan pemilu. Namun, menetapkan hasil pemilu dengan terburu-buru tentu bukan langkah yang baik dalam menghasilkan pemilu berkualitas.

"KPU harus berusaha maksimal terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam proses rekapitulasi, dan bukannya asal main lempar masalah ke MK. Agar hasil pemilu benar-benar berkualitas," kata Direktur Sinergi Masyarakat Indonesia untuk Demokrasi (SIGMA) Said Salahuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com