Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aburizal dan Prabowo, "Koalisi" Helikopter dan Kuda Impor Setelah Kampanye Kerakyatan...

Kompas.com - 09/05/2014, 12:14 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Seusai pemungutan suara pemilu legislatif pada 9 April 2014, partai politik peserta pemilu langsung disibukkan dengan langkah koalisi. Tidak adanya partai politik yang mendapatkan suara mencapai target untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden sendiri menjadi alasan kesibukan itu.

Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Pemilu Presiden, partai politik atau gabungan partai politik baru bisa mengusung pasangan capres-cawapres jika mendapat dukungan 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional. Demi tujuan mengusung pasangan calon itu, ada macam-macam gaya pimpinan partai politik melakukan penjajakan koalisi.

Ada gaya penjajakan biasa-biasa saja berupa pertemuan politik. Namun, ada juga yang melakukan penjajakan mencolok. Di antara yang mencolok itu adalah penggunaan helikopter dan kuda impor, seperti dalam pertemuan bakal calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie dan bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Tiga helikopter, dua kuda

Indra Akunto/Kompas.com Bakal capres Golkar Aburizal Bakrie menemui bakal capres Gerindra Prabowo Subianto di kediaman Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/5/2014).
Pada Senin (5/5/2014) sekitar pukul 12.30 WIB, helikopter hitam milik Aburizal mendarat mulus di helipad kediaman Prabowo, di kawasan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelum pria yang akrab disapa Ical itu tiba, dua helikopter lain sudah ada di sana.

Dua helikopter yang tiba lebih dulu daripada Ical tersebut ditumpangi Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi dan Bendahara Umum Partai Golkar Setya Novanto. Padahal, pertemuan itu hanya berlangsung empat mata antara Prabowo dan Aburizal.

Seusai pertemuan tertutup tanpa keputusan koalisi ini, giliran percakapan tentang kuda menjadi warna keakraban Prabowo dan Aburizal. "Wo, gue coba naik kuda dong," begitu kira-kira Aburizal spontan berkata kepada Prabowo.

KOMPAS IMAGES / VITALIS YOGI TRISNA Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto ketika menunggangi kuda pada kampanye terbuka dari Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (23/3/2014).
Kedua tokoh ini memang dikenal sudah berteman lama sehingga tidak menggunakan bahasa formal ketika bertemu. Mendengar permintaan Aburizal itu, Prabowo pun langsung meminta anak buahnya menyiapkan dua ekor kuda.

Lalu, pertunjukan menunggang kuda pun terjadi. Prabowo memacu kuda Portugal kesayangannya, Principe, yang berwarna coklat tua. Adapun Aburizal menunggangi Victorio, kuda berwarna putih.

Dua sosok yang sama-sama berkemeja putih itu kemudian beriringan dan beberapa kali berputar di istal Prabowo di Hambalang. “Tadi Pak Ical juga berkenan belajar naik kuda dan sukses. Agak berbahaya, bisa menyaingi saya," seloroh Prabowo seusai puas berkuda berdua.

Pamer yang salah sasaran

Bukan sekali ini saja kedua tokoh terlihat dengan helikopter atau kuda impor. Saat mengunjungi beberapa lokasi kampanye pemilu legislatif lalu, misalnya, Aburizal kerap menggunakan helikopter. Sementara Prabowo menunggangi kuda kesayangannya saat berkampanye di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai, ada kesan Prabowo dan Aburizal memang ingin memamerkan gaya politik mewahnya itu di depan media dan publik. Namun, kata dia, image yang terbentuk justru menjadi tidak konsisten dengan visi Aburizal dan Prabowo.

“Ini image yang dipamerkan salah sasaran, jadi enggak nyambung. Prabowo dan Ical mau bicara kerakyatan, tapi mereka sendiri tidak memberikan contoh. Hanya retorika saja, ucapan tidak konsisten dengan tindakan,” kata Hamdi. Dalam kampanyenya, kedua tokoh kerap menyuarakan hak-hak rakyat kecil.

Hamdi menilai, kemewahan berupa helikopter dan kuda impor seperti yang dipertunjukkan Ical dan Prabowo tidak akan menarik simpati dan perhatian rakyat. Pasalnya, kini rakyat lebih memilih pemimpin yang merakyat dan jauh dari kesan mewah.

Untuk menciptakan kesan merakyat, menurut dia, seharusnya pemimpin langsung turun mengunjungi masyarakat di akar rumput. “Harusnya seperti Jokowi (bakal capres PDI-P). Jokowi konsisten, dia mengatakan akan memperjuangkan nasib rakyat kecil, dia langsung turun blusukan ke bawah. Dengan begitu, rakyat akan lebih simpati,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com