JAKARTA, KOMPAS.com – Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Eva Kusuma Sundari, meminta Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, hingga Kepolisian bertindak menyikapi kampanye hitam yang terus-menerus menyerang partainya. Dia menilai kampanye hitam yang ada saat ini sudah keterlaluan.
"Para pelaksana pemilu, KPU, Bawaslu, dan polisi kami minta sensitif dengan isu kampanye hitam ini karena ini akan merusak sistem dan kualitas demokrasi di pilpres kita,” kata Eva di Media Centre JKW4P, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Anggota DPR RI itu mengatakan, partainya juga sempat emosi melihat kampanye hitam yang dilakukan dengan membabi buta. Namun, menurutnya, PDI-P enggan menanggapi kampanye hitam itu dengan serangan-serangan balasan. Oleh karena itu, semuanya dia serahkan kepada pihak yang berwenang.
"Tren kampanye hitam makin tidak masuk akal. Berikutnya juga SARA, ini keturunan Tiongkok, Yahudi, dan Syiah, makin keterlaluan. Kita tidak mau ikut-ikutan gila seperti itu," ujarnya.
Dengan turun tangannya KPU, Bawaslu dan polisi, Eva berharap kampanye hitam bisa ditekan seminimal mungkin. Dengan begitu, pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden 9 Juli mendatang akan berjalan dengan aman dan damai.
"Kualitas demokrasi pilpres sudah terancam. Ini sudah irasional, pembodohan, mobilisasi kebencian dengan isu SARA dan isu tidak berbobot lainnya," kata Eva.
Sebelumnya, beredar gambar ucapan duka cita untuk bakal calon presiden PDI Perjuangan, Joko Widodo. Gambar yang mencantumkan nama Ir Herbertus Joko Widodo dibuat serupa iklan pengumuman kematian yang sering dimuat di surat kabar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.